Jumat, 08 April 2016

Lorenzo Beri Sinyal ke Ducati

Lorenzo Kasih Lampu Hijau ke Ducati
TEXAS - Isu hengkang Jorge Lorenzo dari Yamaha jadi topik hangat sepekan terakhir, khususnya jelang Grand Prix Amerika Serikat bergulir. Pembalap Movistar Yamaha menegaskan bisa memutuskan apa saja soal masa depannya, termasuk memilih gabung Ducati musim depan.

"Saya tidak bisa mengatakan lebih dan saya memilih untuk tidak mengatakan apa-apa tentang hal ini. Ketika saya membuat keputusan, anda semua akan tahu," katanya dikutipMarca, Jumat (8/4/2016).

"Ada hal-hal yang masih dievaluasi tim saya dan saya memilih berada di luar kerumunan media saat ini. Sekarang saya akan memutuskan apakah hengkang ke Ducati atau bertahan di sini (Yamaha). Saya punya banyak tawaran dan waktu untuk memutuskan apa saja, sesuatu yang tidak bisa dilakukan pihak lain," jelasnya.

Lorenzo dikaitkan pindah ke Ducati setelah menunda tanda tangan kontrak baru di Yamaha. Timnya sudah menawarkan kontrak sejak seri awal, namun juara dunia MotoGP musim lalu masih belum mengambil sikap hingga Grand Prix Amerika bergulir, Minggu (10/4/2016) nanti.

Hal itu yang membuat Ducati disebut melakukan pendekatan untuk membajaknya. Terlebih kedekatan Lorenzo dengan bos tim asal Italia, Gigi Dall'Igna, bisa jadi faktor pertimbangannya.

Selain itu, rayuan timnya di paddock Yamaha dikabarkan jadi salah satu alasan kuat Lorenzo memikirkan tawaran Ducati. Menanggapi hal itu, pembalap Spanyol mengaku timnya masih bekerja sesuai proporsi.

"Ini masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Kami masih bekerja seperti sahabat, mekanik melakukan pekerjaan mereka dan kami sebagai atlet individu," tutupnya.

Rabu, 06 April 2016

Soal Kontrak, Vinales Merasa Berutang Budi ke Suzuki

Bantah Bicara Kontrak, Suzuki Atur Uji Coba untuk Zarco

Pebalap Suzuki Ecstar, Maverick Vinales mengaku ragu untuk meninggalkan pabrikan motor asal Jepang tersebut akhir musim ini meski nyaris seluruh pabrikan peserta MotoGP telah memberinya tawaran untuk tahun depan. Hal ini disampaikan Vinales dalam wawancaranya dengan AS.

Yamaha yang dikenal memiliki motor paling kompetitif dan 'komplet' beberapa tahun belakangan, merupakan pabrikan yang paling ngototuntuk mendapatkannya. Vinales sendiri mengaku potensi Yamaha menggiurkan, namun merasa berutang budi pada Suzuki yang telah mengantarnya ke kelas tertinggi musim lalu.

"Untuk saat ini saya lebih memikirkan Suzuki, dan melihat bagaimana kinerja mereka selama tiga atau empat balapan pertama. Jika mereka memberi yang motor yang kompetitif, saya akan bertahan. Saya merasa berhutang budi pada mereka," ujarnya.

Pebalap asal Spanyol yang baru berusia 21 tahun ini juga mengaku masih menaruh kepercayaan kepada Suzuki untuk mengembangkan GSX-RR, dan lebih berharap pada effort mereka untuk memberi motor yang bisa mengantarnya ke tangga juara.

"Mereka telah memberi kepercayaan yang begitu besar kepada saya, dan jujur saja saya ingin mereka lah yang memberi saya motor untuk menjadi juara dunia. Itulah target saya," pungkas kekasih empat kali juara Women's World Motocross, Kiara Fontanesi ini.

Vinales Akui Bakal Berat Tinggalkan Suzuki

Vinales Akui Bakal Berat Tinggalkan Suzuki

Pembalap muda yang tengah menjadi topik hangat di paddockMotoGP, Maverick Vinales mengaku akan sangat berat meninggalkan Suzuki Ecstar akhir musim ini bila ia benar-benar harus hijrah ke pabrikan lain. Kepada Bike Sport News, Vinales menyatakan Suzuki sudah seperti 'rumah'-nya.

Kontrak Vinales dengan Suzuki akan habis akhir musim ini, dan belakangan ia kerap digosipkan akan hijrah ke Movistar Yamaha MotoGP untuk menggantikan Jorge Lorenzo, yang dikabarkan tengah mempertimbangkan hijrah ke Ducati tahun depan.

Meski begitu, Vinales masih menaruh rasa percaya pada Suzuki. "Saya belum memikirkan kontrak. Saya hanya fokus pada balapan. Di lain sisi, satu-satunya hal yang bisa membuat saya percaya pada Suzuki adalah hasil baik. Seorang pebalap harus menentukan jalan karirnya dan menemukan motor dan tim terbaik demi meraih gelar," ujarnya.

Demi mempertahankannya, Suzuki diyakini Vinales harus segera meningkatkan performa GSX-RR demi membuktikan bahwa mereka bisa bersaing ketat dengan Yamaha, Honda dan Ducati. Jika Suzuki mampu konsisten memperebutkan podium atau bahkan kemenangan, Vinales mengaku berniat bertahan.

"Jika Suzuki terlihat mampu menyediakan motor yang bisa membantu saya meraih gelar, tentu hal ini akan meyakinkan saya untuk bertahan. Meski begitu, saya sudah nyaman di Suzuki, saya merasa di sini lah saya seharusnya berada, jadi meninggalkan mereka akan sangat berat," tutup juara dunia Moto3 2013 ini.

Jatuh di Argentina, Vinales Salahkan Diri Sendiri

Jatuh di Argentina, Vinales Salahkan Diri Sendiri
Pebalap Suzuki Ecstar, Maverick Vinales mengaku kecewa pada dirinya sendiri ketika terjatuh di tikungan ketiga Sirkuit Termas de Rio Hondo dalam sesi latihan bebas kedua MotoGP Argentina, Jumat (1/4) di mana ia menduduki posisi ketiga dengan 1 menit 42,047 detik.

Vinales merupakan satu-satunya pebalap non-Honda yang menduduki posisi lima besar, di belakang Marc Marquez dan Dani Pedrosa, serta mengungguli Jack Miller dan Cal Crutchlow. Saat kecelakaan itu terjadi, juara dunia Moto3 2013 ini mengaku tak terlalu fokus.

"Saya baik-baik saja. Saya sedikit kecewa pada diri sendiri, karena itu kesalahan saya. Saya sedikit melebar dari garis balap dan terjatuh. Semua pebalap yang jatuh, terjatuhnya seperti ini juga. Saya tidak terlalu fokus pada lap itu," ujarnya seperti yang dilansir Crash.net.

Meski begitu, Vinales mengaku tetap merasa nyaman di atas GSX-RR setelah kembali ke lintasan. "Saya harus hati-hati untuk mencatatkan waktu yang lebih cepat. Harusnya saya bisa menduduki posisi kedua. Honda mengalami langkah maju, empat pebalap di lima besar. Tapi Suzuki juga nyaman, hanya saja harus lebih baik," tambahnya.

Vinales pun menjelaskan betapa bahayanya bagi pebalap bila keluar dari garis balap di lintasan yang berdebu. "Jika Anda tidak melaju di garis balap yang baik, maka Anda akan terjatuh. Jadi terkadang lebih baik Anda mengerem lebih awal dan melaju lebih cepat di garis yang tepat, tidak melebar seperti yang terjadi pada saya ketika terjatuh," tutupnya.

Suka Duka Maverick Vinales Gagal Finis di Argentina

Suka Duka Maverick Vinales Gagal Finis di Argentina
Pebalap Suzuki Ecstar, Maverick Vinales mengaku kecewa berat dirinya gagal finis di MotoGP Argentina akhir pekan lalu, setelah terjatuh saat balapan menyisakan tiga lap. Meski begitu, ia juga merasa sangat senang bisa tampil kompetitif sepanjang balapan, dengan nyaris meraih podium.

Vinales berada di posisi keempat nyaris sepanjang balapan, sebelum akhirnya naik ke posisi ketiga, bertarung dengan Valentino Rossi, Andrea Dovizioso dan Andrea Iannone memperebutkan posisi kedua. Sayangnya, Vinales melaju di atas bagian lintasan yang masih basah hingga terjatuh dan gagal finis.

"Saya sangat sedih sekaligus sangat senang. Saya sedih gagal finis, tapi kami bisa berbangga diri. Sepanjang balapan saya bisa bertarung di papan atas, saya juga yakin punya kesempatan menyalip demi posisi kedua. Sayang saya tak bisa menyelesaikannya. Saya mengenai bagian lintasan yang basah, melebar dari garis balap yang ideal," ujarnya dalam rilis resmi tim.

Juara dunia Moto3 2013 inipun mengaku sangat kecewa gagal podium, apalagi dirinya yakin bisa mengalahkan Rossi demi posisi kedua. "Sangat sulit menerima kecelakaan itu, mengingat saya sangat nyaman dan yakin bisa naik podium. Tapi ini juga merupakan bukti bahwa kami telah mengalami progres yang sangat baik dan siap bertarung di posisi terdepan," tambahnya.

Vinales pun bertekad kembali mendapatkan performa yang sama di MotoGP Austin, Texas akhir pekan nanti. "Target saya masih tetap enam besar, tapi Argentina membuktikan kami bisa mengharapkan hasil yang lebih baik. Saya akan mengambil semua kesempatan yang datang. Saya yakin kami bisa kembali mendapatkan peluang serupa di Austin," tutupnya.

Jika Podium Pertama di Austin, Marquez Bakal Juara Dunia?

Jika Podium Pertama di Austin Marquez Bakal Juara Dunia
Berbicara Grand Prix Amerika Serikat tak sah rasanya jika tidak menempatkan nama Marc Marquez. Karena joki Repsol Honda ini mempunyai catatan rekor fantastis selama mengaspal di Sirkuit of the Americas. 
Percaya atau tidak, jika Baby Alien mampu mengamankan podium pertama di seri ketiga MotoGP musim ini, kemungkinan ia bakal keluar sebagai juara dunia 2016. 

Catatan cemerlang Marquez sudah ditunjukkan sejak ia masuk di kelas utama MotoGP pada 2013. Dia bahkan dikenal sebagai raja sirkuit di Negeri Paman Sam lantaran pemilik nomor 93 itu kerap merebut kemenangan di sana. 

Sejauh ini dari enam balapan terakhir di Grand Prix Amerika Serikat maupun Indianapolis, Marquez tak pernah kehilangan momentum untuk mengambil tempat di podium pertama. Selain itu, ada banyak peristiwa penting yang terjadi di sana. Salah satunya adalah Marquez pernah meraih rekor pole position termuda pada balapan di Austin pada 2013 (20 tahun-62 hari), sekaligus mematahkan rekor sebelumnya yang dipegang Freddie Spencer (20 tahun-153 hari) pada 1982. 

Catatan impresif itulah yang harus diwaspadai sirkus MotoGP jelang balapan seri ketiga, akhir pekan nanti. Sebab jika menyelisik rekam jejaknya, ia selalu menandai predikat sebagai juara dunia dengan merebut kemenangan di GP Amerika Serikat maupun Indianapolis.

Berikut rekam jejak Marc Marquez selama mengaspal di Negeri Paman Sam seperti dirangkum SINDOnews dari berbagai sumber, Rabu (6/4/2016): 

1. Marc Marquez hanya satu kali kehilangan gelar juara dunia setelah ia berhasil merebut podium pertama di Austin dan Indianapolis (musim lalu). 

2. Dalam tiga tahun berturut-turut, Marc Marquez selalu berhasil merebut pole position di Austin.

3. Marquez pernah meraih rekor pole position termuda pada balapan di Austin pada 2013 (20 tahun-62 hari), sekaligus mematahkan rekor sebelumnya yang dipegang Freddie Spencer (20 tahun-153 hari) pada 1982. 

4. Kemenangan di Austin menempatkan nama Marc Marquez sebagai pembalap termuda yang mampu back to back podium di kelas utama MotoGP. Mengungguli rekor sebelumnya yang diraih Randy Mamola saat podium di Spanyol dan Perancis pada 1980 di usia 20 tahun 197 hari.

5. Marc Marquez sejauh ini merupakan juara bertahan di GP Amerika Serikat (Austin) dalam tiga tahun berturut-turut. 

6. Kemenangan di Austin merupakan yang ke-20 sepanjang karier Marc Marquez. Jumlah itu sepadan dengan yang dicatat pembalap legendaris Freddie Spencer di kelas 500cc.

7. Tahun lalu Marc Marquez menandai podium ke-31 di usia yang baru menginjak 22 tahun. Jumlah itu setara dengan podium yang dihasilkan Freddie Spencer sepanjang 14 tahun karirnya di dunia balap.

8. Kemenangan di Austin tahun lalu sekaligus memutus rekor Max Biaggi yang mengoleksi 30 podium juara. Saat ini, Marc Marquez merupakan pembalap aktif 'terganas' kelima dalam daftar pembalap MotoGP setelah Valentino Rossi, Dani Pedrosa, Jorge Lorenzo dan Casey Stoner.

Ducati Mulai Retak, Dovizioso Anggap Iannone Sebagai Sumber Bencana

Ducati Mulai Retak Dovizioso Anggap Iannone Sebagai Sumber Bencana
Dua pembalap Ducati, Andrea Dovizioso dan Andrea Iannone mengalami kejadian buruk di Sirkuit Termas de Rio Hondo Argentina, Minggu (3/4/2016). Mereka sama-sama jatuh saat sedang bersaing memperebutkan podium di seri kedua MotoGP.

Kecelakaan tersebut mereka alami saat lomba memasuki putaran terakhir. Kejadian berawal saat Iannone ingin mengejar Dovizioso di lintasan berbelok. Namun sayang, aksinya kurang sempurna sehingga menyentuh bagian belakang motor rekannya tersebut. Setelah itu keduanya terseret keluar lintasan. Namun Dovizioso masih bisa bangkit dan melanjutkan perlombaan meski pada akhirnya finis di urutan 13.

Usai balapan, Dovizioso meluapkan kekecewaannya pada Iannone. Meski rekannya sudah minta maaf, Dovizioso tetap kesal sebab gara-gara Iannone ia jadi gagal merebut podium di GP Argentina.

"Gagal meraih poin merupakan suatu bencana. Saya berpeluang finis di posisi dua, di belakang Marc Marquez," ucap Dovizioso yang dikutip dari laman MotoGP.

"Banyak pembalap kesulitan dengan seri kali ini. Tapi kami bisa mengelola berbagai situasi. Kami cukup kompetitif ketika kualifikasi dan berada di baris kedua saat start merupakan hasil yang luar biasa. Harusnya saya bisa finis sebagai runner up, sebab saya tampil sempurna dan bisa mengungguli Valentino Rossi. Saya bisa mengalahkan dia," jelasnya.

Karena finis di posisi 13, Dovizioso hanya mendapat tambahan tiga poin. Kini ia bertengger di peringkat lima dengan kemepilikan 23 angka. Sementara Iannone belum mengantongi poin sebab ia selalu mengalami kecelakaan dalam dua seri yang sudah digelar pada musim ini.