Jumat, 08 April 2016

Empat Hal yang Bikin Lorenzo Ngebet Pindah ke Ducati

Empat Hal yang Bikin Lorenzo Ngebet Pindah ke Ducati

TEXAS - Ada banyak faktor yang menyebabkan Jorge Lorenzo memutuskan pindah ke tim Ducati Corse pada 2017 mendatang. Mulai dari informasi kesepakatan Valentino Rossi bersama Movistar Yamaha di awal seri balap MotoGP musim ini hingga kedekatannya dengan bos tim Pabrikan Italia, Gigi Dall'Igna. 

Berita tentang masa depan Rossi bersama Yamaha sebelum balapan seri perdana di Qatar, pertengahan Maret lalu, memang mengejutkan banyak pihak, tak terkecuali Lorenzo. Saking kesalnya, pemilik nomor 99 itu sampai memilih menunda untuk membarui kontrak. 

Sehingga wajar jika banyak spekulasi yang mengaitkan kepindahan Lorenzo ke Ducati Corse musim depan. Apalagi tim Pabrikan Italia sangat menginginkan salah satu pembalap top dunia berada di paddock mereka musim depan. 

Pemikiran itu keluar lantaran Ducati belum berhasil menempatkan salah satu pembalapnya sebagai juara dunia MotoGP sejak Casey Stoner pada 2007 lalu. Alhasil, setiap pemberitaan mengenai masa depan Lorenzo selalu mendapatkan porsi yang lebih.

Sampai pada akhirnya salah satu media di Italia melaporkan jika Lorenzo telah menyetujui kesepakatan secara lisan bersama Ducati dengan nilai gaji sebesar 12 juta euro atau sekira Rp180 miliar. Ditambahkan Gazzettaworld, pengumuman mengenai kesepakata itu akan dipublikasikan kepada wartawan jelang balapan seri keempat di Jerez, Spanyol, 24 April mendatang. 

Jika benar Lorenzo bergabung dengan Ducati, pertanyaan yang tepat diajukan sekarang adalah mengapa juara dunia tiga kali MotoGP memilih tim asal Italia tersebut? Padahal Rossi jauh sebelumnya telah memperingatkan rekan setimnya itu untuk mempertimbangkan masak-masak masa depannya tersebut. 

Berikut tiga hal yang wajib diketahui mengapa Lorenzo ngebet pindah ke Ducati, Kamis (7/4/2016): 

1.  Sakit Hati
Sejak Yamaha mengonfirmasi kesepakatan kontrak baru dengan Rossi di depan awak media jelang seri perdana di Qatar. Lorenzo tampak uring-uringan lantaran ia merasa jerih payahnya selama ini dengan menggondol mahkota juara dunia musim lalu seperti dianggap sebelah mata oleh tim. 

Kesalahpahaman inilah yang membuat kubu Lorenzo seperti kebakaran jengot. Padahal Yamaha juga menyodorkan kontrak baru kepada X-Fuera, namun melalui agennya mereka menolak untuk membarui dengan alasan tim Garpu Tala lebih dulu memberikan kontrak baru kepada Rossi.

Lin Jarvis akhirnya mengklarifikasi masalah tersebut. Dia berkata tim tidak mempunyai niat untuk membedakan kedua pembalap. Kesalahan ini terjadi lantaran Lorenzo memilih menunda untuk membarui kontraknya. "Sebenarnya Jorge ingin memperpanjang masa baktinya di Yamaha hingga 2017 dan 2018, sebelum musim baru dimulai. Jadi kami telah menyiapkan kontrak dan menjadwalkan untuk membicarakan hal ini dengan Lorenzo dan agennya Albert Varela pada awal pekan ini. Kami pun berupaya untuk menyelesaikan negosiasi tepat waktu dan kemudian melaporkannya kepada media. Tapi Jorge telah memutuskan untuk menunda," beber Lin Jarvis. 

2. Duet Maut Lorenzo-Stoner
Meskipun Casey Stoner sudah beberapa kali menolak kembali ke lintasan balap MotoGP, namun penikmat kuda besi di seluruh dunia masih bermimpi melihat juara dunia dua kali untuk menjajal kemampuannya bersama Sirkus MotoGP pada musim depan. Peluang itu sebenarnya sudah berada di tangan Kuri-Kuri Boy ketika Ducati Corse memberikan pekerjaan baru kepadanya sebagai pembalap pengembang Desmosedici GP16. 

Singkat kata, jika Jorge Lorenzo memilih hijrah ke Ducati dan Stoner memutuskan kembali mengaspal. Maka ini akan menjadi duet yang sangat istimewa untuk mengakhiri dominasi Rossi dan Marc Marquez. 

3. Siapa yang Terusir?

Pemberitaan tentang kesepakatan lisan Lorenzo dengan Ducati makin membuat posisi Andrea Dovizioso dan Andrea Iannone kian terjepit. Sebab bukan tidak mungkin, salah satu dari mereka akan kesulitan mempertahankan kursi ketika pemilik nomor 99 itu tiba di Italia. Apalagi hal itu ditambah dengan isu keretakan kedua joki tersebut pasca mengalami insiden kecelakaan di GP Argentina. 

4. Perjudian dan Kedekatan Lorenzo dengan Gigi Dall'Igna

Beberapa kalangan menyebut jika keputusan Lorenzo pindah ke Ducati musim depan adalah sebuah perjudian besar. Namun hal itu dapat diterima ketika melihat sosok Gigi Dall'Igna. Maklum, keduanya diketahui pernah bekerja bersama di tim Aprilia atau sewaktu pembalap kelahiran Malorca, 4 Mei 1987 merebut gelar juara dunia di kelas 250cc. Sehingga wajar jika bos Ducati itu begitu menginginkan Lorenzo. Lantaran Dall'Igna sudah mengenal sangat baik seberapa besar talenta pembalap tersebut. 

70 Persen Pecinta MotoGP Ingin Lorenzo Berpisah dari Rossi

70 Persen Pecinta MotoGP Ingin Lorenzo Cerai dengan Rossi
LONDON - Jelang bergulirnya Grand Prix Amerika Serikat, isu kepindahan Jorge Lorenzo dari Yamaha ke Ducati kian santer terdengar. Hal itu membuat media asal Inggris, Crash, menggelar survei soal masa depan pembalap asal Spanyol tersebut.

Crash pada Kamis (7/6/2016), menggelar poling soal Lorenzo. Pilihannya adalah Lorenzo bertahan di Yamaha dan Lorenzo pindah ke Ducati. Hal itu tak lepas dari isu transfer juara dunia musim lalu yang hingga kini masih jadi misteri.

Hasilnya cukup mengejutkan. Pilihan yang menyatakan Lorenzo bertahan di Yamaha cuma mencapai 29,09 persen. Sedangkan keinginan pecinta MotoGP melihat pembalap berjuluk X-Fuera pindah ke Ducati mencapai 70,91 persen hingga berita ini diturunkan.
70 Persen Pecinta MotoGP Ingin Lorenzo Cerai dengan Rossi
Persentase tersebut bisa saja jadi rujukan Lorenzo untuk menentukan pilihannya. Alasannya, jika ia mengikuti keinginan khalayak yakni pindah ke Ducati, ia bisa membuat MotoGP tetap bergairah. Sementara jika ia memutuskan bertahan, ia bisa kehilangan pamor.

Sejauh ini, kabar terakhir menyebutkan Lorenzo sudah sepakat pindah ke Ducati. Tawaran gaji yang lebih besar di tim asal Italia jadi alasan kuatnya. Ia disebut sepakat menerima pinangan Ducati selama tiga musim dengan bayaran mencapai 12 juta euro atau sekira Rp180 miliar. Nominal sebesar itu membuat bayarannya melampaui Valentino Rossi.

Isu kepindahan Lorenzo sendiri berawal setelah ia menunda menandatangani kontrak baru di Yamaha. Beda dengan Rossi yang langsung sepakat menambah masa baktinya, pembalap berusia 28 tahun malah mengulur-ulur waktu.

Hal itu membuat Yamaha disebut membuat langkah antisipasi dengan coba mendekati pembalap Suzuki Maverick Vinales. Pembalap yang terpilih jadi Rookie of the Year musim lalu disebut-sebut sebagai kandidat yang pas bertandem dengan The Doctor.

Lorenzo Beri Sinyal ke Ducati

Lorenzo Kasih Lampu Hijau ke Ducati
TEXAS - Isu hengkang Jorge Lorenzo dari Yamaha jadi topik hangat sepekan terakhir, khususnya jelang Grand Prix Amerika Serikat bergulir. Pembalap Movistar Yamaha menegaskan bisa memutuskan apa saja soal masa depannya, termasuk memilih gabung Ducati musim depan.

"Saya tidak bisa mengatakan lebih dan saya memilih untuk tidak mengatakan apa-apa tentang hal ini. Ketika saya membuat keputusan, anda semua akan tahu," katanya dikutipMarca, Jumat (8/4/2016).

"Ada hal-hal yang masih dievaluasi tim saya dan saya memilih berada di luar kerumunan media saat ini. Sekarang saya akan memutuskan apakah hengkang ke Ducati atau bertahan di sini (Yamaha). Saya punya banyak tawaran dan waktu untuk memutuskan apa saja, sesuatu yang tidak bisa dilakukan pihak lain," jelasnya.

Lorenzo dikaitkan pindah ke Ducati setelah menunda tanda tangan kontrak baru di Yamaha. Timnya sudah menawarkan kontrak sejak seri awal, namun juara dunia MotoGP musim lalu masih belum mengambil sikap hingga Grand Prix Amerika bergulir, Minggu (10/4/2016) nanti.

Hal itu yang membuat Ducati disebut melakukan pendekatan untuk membajaknya. Terlebih kedekatan Lorenzo dengan bos tim asal Italia, Gigi Dall'Igna, bisa jadi faktor pertimbangannya.

Selain itu, rayuan timnya di paddock Yamaha dikabarkan jadi salah satu alasan kuat Lorenzo memikirkan tawaran Ducati. Menanggapi hal itu, pembalap Spanyol mengaku timnya masih bekerja sesuai proporsi.

"Ini masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Kami masih bekerja seperti sahabat, mekanik melakukan pekerjaan mereka dan kami sebagai atlet individu," tutupnya.

Rabu, 06 April 2016

Soal Kontrak, Vinales Merasa Berutang Budi ke Suzuki

Bantah Bicara Kontrak, Suzuki Atur Uji Coba untuk Zarco

Pebalap Suzuki Ecstar, Maverick Vinales mengaku ragu untuk meninggalkan pabrikan motor asal Jepang tersebut akhir musim ini meski nyaris seluruh pabrikan peserta MotoGP telah memberinya tawaran untuk tahun depan. Hal ini disampaikan Vinales dalam wawancaranya dengan AS.

Yamaha yang dikenal memiliki motor paling kompetitif dan 'komplet' beberapa tahun belakangan, merupakan pabrikan yang paling ngototuntuk mendapatkannya. Vinales sendiri mengaku potensi Yamaha menggiurkan, namun merasa berutang budi pada Suzuki yang telah mengantarnya ke kelas tertinggi musim lalu.

"Untuk saat ini saya lebih memikirkan Suzuki, dan melihat bagaimana kinerja mereka selama tiga atau empat balapan pertama. Jika mereka memberi yang motor yang kompetitif, saya akan bertahan. Saya merasa berhutang budi pada mereka," ujarnya.

Pebalap asal Spanyol yang baru berusia 21 tahun ini juga mengaku masih menaruh kepercayaan kepada Suzuki untuk mengembangkan GSX-RR, dan lebih berharap pada effort mereka untuk memberi motor yang bisa mengantarnya ke tangga juara.

"Mereka telah memberi kepercayaan yang begitu besar kepada saya, dan jujur saja saya ingin mereka lah yang memberi saya motor untuk menjadi juara dunia. Itulah target saya," pungkas kekasih empat kali juara Women's World Motocross, Kiara Fontanesi ini.

Vinales Akui Bakal Berat Tinggalkan Suzuki

Vinales Akui Bakal Berat Tinggalkan Suzuki

Pembalap muda yang tengah menjadi topik hangat di paddockMotoGP, Maverick Vinales mengaku akan sangat berat meninggalkan Suzuki Ecstar akhir musim ini bila ia benar-benar harus hijrah ke pabrikan lain. Kepada Bike Sport News, Vinales menyatakan Suzuki sudah seperti 'rumah'-nya.

Kontrak Vinales dengan Suzuki akan habis akhir musim ini, dan belakangan ia kerap digosipkan akan hijrah ke Movistar Yamaha MotoGP untuk menggantikan Jorge Lorenzo, yang dikabarkan tengah mempertimbangkan hijrah ke Ducati tahun depan.

Meski begitu, Vinales masih menaruh rasa percaya pada Suzuki. "Saya belum memikirkan kontrak. Saya hanya fokus pada balapan. Di lain sisi, satu-satunya hal yang bisa membuat saya percaya pada Suzuki adalah hasil baik. Seorang pebalap harus menentukan jalan karirnya dan menemukan motor dan tim terbaik demi meraih gelar," ujarnya.

Demi mempertahankannya, Suzuki diyakini Vinales harus segera meningkatkan performa GSX-RR demi membuktikan bahwa mereka bisa bersaing ketat dengan Yamaha, Honda dan Ducati. Jika Suzuki mampu konsisten memperebutkan podium atau bahkan kemenangan, Vinales mengaku berniat bertahan.

"Jika Suzuki terlihat mampu menyediakan motor yang bisa membantu saya meraih gelar, tentu hal ini akan meyakinkan saya untuk bertahan. Meski begitu, saya sudah nyaman di Suzuki, saya merasa di sini lah saya seharusnya berada, jadi meninggalkan mereka akan sangat berat," tutup juara dunia Moto3 2013 ini.

Jatuh di Argentina, Vinales Salahkan Diri Sendiri

Jatuh di Argentina, Vinales Salahkan Diri Sendiri
Pebalap Suzuki Ecstar, Maverick Vinales mengaku kecewa pada dirinya sendiri ketika terjatuh di tikungan ketiga Sirkuit Termas de Rio Hondo dalam sesi latihan bebas kedua MotoGP Argentina, Jumat (1/4) di mana ia menduduki posisi ketiga dengan 1 menit 42,047 detik.

Vinales merupakan satu-satunya pebalap non-Honda yang menduduki posisi lima besar, di belakang Marc Marquez dan Dani Pedrosa, serta mengungguli Jack Miller dan Cal Crutchlow. Saat kecelakaan itu terjadi, juara dunia Moto3 2013 ini mengaku tak terlalu fokus.

"Saya baik-baik saja. Saya sedikit kecewa pada diri sendiri, karena itu kesalahan saya. Saya sedikit melebar dari garis balap dan terjatuh. Semua pebalap yang jatuh, terjatuhnya seperti ini juga. Saya tidak terlalu fokus pada lap itu," ujarnya seperti yang dilansir Crash.net.

Meski begitu, Vinales mengaku tetap merasa nyaman di atas GSX-RR setelah kembali ke lintasan. "Saya harus hati-hati untuk mencatatkan waktu yang lebih cepat. Harusnya saya bisa menduduki posisi kedua. Honda mengalami langkah maju, empat pebalap di lima besar. Tapi Suzuki juga nyaman, hanya saja harus lebih baik," tambahnya.

Vinales pun menjelaskan betapa bahayanya bagi pebalap bila keluar dari garis balap di lintasan yang berdebu. "Jika Anda tidak melaju di garis balap yang baik, maka Anda akan terjatuh. Jadi terkadang lebih baik Anda mengerem lebih awal dan melaju lebih cepat di garis yang tepat, tidak melebar seperti yang terjadi pada saya ketika terjatuh," tutupnya.

Suka Duka Maverick Vinales Gagal Finis di Argentina

Suka Duka Maverick Vinales Gagal Finis di Argentina
Pebalap Suzuki Ecstar, Maverick Vinales mengaku kecewa berat dirinya gagal finis di MotoGP Argentina akhir pekan lalu, setelah terjatuh saat balapan menyisakan tiga lap. Meski begitu, ia juga merasa sangat senang bisa tampil kompetitif sepanjang balapan, dengan nyaris meraih podium.

Vinales berada di posisi keempat nyaris sepanjang balapan, sebelum akhirnya naik ke posisi ketiga, bertarung dengan Valentino Rossi, Andrea Dovizioso dan Andrea Iannone memperebutkan posisi kedua. Sayangnya, Vinales melaju di atas bagian lintasan yang masih basah hingga terjatuh dan gagal finis.

"Saya sangat sedih sekaligus sangat senang. Saya sedih gagal finis, tapi kami bisa berbangga diri. Sepanjang balapan saya bisa bertarung di papan atas, saya juga yakin punya kesempatan menyalip demi posisi kedua. Sayang saya tak bisa menyelesaikannya. Saya mengenai bagian lintasan yang basah, melebar dari garis balap yang ideal," ujarnya dalam rilis resmi tim.

Juara dunia Moto3 2013 inipun mengaku sangat kecewa gagal podium, apalagi dirinya yakin bisa mengalahkan Rossi demi posisi kedua. "Sangat sulit menerima kecelakaan itu, mengingat saya sangat nyaman dan yakin bisa naik podium. Tapi ini juga merupakan bukti bahwa kami telah mengalami progres yang sangat baik dan siap bertarung di posisi terdepan," tambahnya.

Vinales pun bertekad kembali mendapatkan performa yang sama di MotoGP Austin, Texas akhir pekan nanti. "Target saya masih tetap enam besar, tapi Argentina membuktikan kami bisa mengharapkan hasil yang lebih baik. Saya akan mengambil semua kesempatan yang datang. Saya yakin kami bisa kembali mendapatkan peluang serupa di Austin," tutupnya.