Sabtu, 02 Juli 2016

Dilatih Max Biaggi, Lorenzo Menilai Bukan Hal yang Fundamental

Max Biaggi dan Joege Lorenzo.
Juara dunia MotoGP musim lalu, Jorge Lorenzo, mengungkapkan soal bergabungnya Max Biaggi menjadi pelatih ke Ducati. Menurutnya, kehadiran pria asal Italia tersebut bukan hal yang mendasar.
Seperti dikabarkan oleh Marca, kemungkinan Biaggi bergabung dengan Ducati. Pabrikan asal Italia tersebut berencana menjadikanya sebagai pelatih Lorenzo untuk mengarungi MotoGP musim 2017.
Kendati demikian, Biaggi bukan satu-satunya nama yang disiapkan Ducati sebagai pelatih Lorenzo. Casey Stoner juga kabarnya siap menjadi mentor juara dunia MotoGP 2015 tersebut. Lantas pembalap asal Spanyol tersebut hanya tertarik bisa dilatih oleh seorang figure yang bisa membantunya.
“Saya tak berpikir ini hal yang fundamental, tapi kadang dilatih seorang figur sangat membantu. Saya tak tahu, kita lihat saja nanti,” ucap Lorenzo mengutip Marca, Kamis (30/6/2016).
Sekadar informasi, Lorenzo sejatinya membutuhkan staf mekanik yang baru. Sebab beberapa staf mekanik Lorenzo saat ini lebih memilih untuk bertahan di Movistar Yamaha.

Valentino Rossi: GP Assen Sangat Memalukan!

Valentino Rossi. (Foto: Motorsport Magazine)
Keberuntungan tak memihak kepada tim Yamaha kala melintas pada seri kedelapan di Sirkuit Assen. Hal tersebut terjadi pada pembalap gaek, Valentino Rossi yang tak mampu menjaga momentunmya saat berada di posisi pertama.
Seperti diketahui, balapan sempat terhenti pada lap ke-15 akibat hujan lebat. Lantas seluruh pembalap harus mengganti motor dan ban di pit. Sayangnya, usai pergantian tersebut, The Doctor yang memimpin, mengalami kecelakaan tunggal hingga membuatnya mengakhiri lomba.
Atas insiden tersebut, Rossi mengaku mengalami kejadian yang memalukan. Sebab, ia merasa tampil baik kala melakoni latihan bebas, namun kesalahan di perlombaan membuat jarak poinnya dengan Marc Marquez (Honda) menjadi jauh.
“Ini sangat memalukan, mengingat kami memiliki kecepatan yang baik di trek ini. Kami sebenarnya bisa mendapatkan poin penting setelah melakukan beberapa latihan bebas dengan baik,”ucap Rossi mengutip situs resmi MotoGP, Senin (27/6/2016).
“Saya menyadari terlalu tampil menekan karena memiliki kesempatan yang baik. Namun saya gagal karena membuat kesalahan hari ini, dengan membuang banyak poin. Sehingga memperlebar jarak dengan marquez. Kami harus bekerja keras lagi dan berusaha kompetitif padarace berikutnya,” tuntas pembalap berusia 37 tahun tersebut.
Sekadar catatan, musim ini Rossi  telah tiga kali gagal finis akibat terjatuh. Sebelumnya, peraih tujuh gelar juara MotoGP tersebut tak menyelesaikan balap di GP Amerika dan GP Italia.

Maverick Vinales Bisa Jadi Rider Tercepat di MotoGP

Maverick Vinales / Motorsport
Rider muda asal Spanyol, Maverick Vinales, merupakan salah satu pembalap muda terbaik saat ini. Menurut Cal Crutchlow, pembalap berusia 21 tahun tersebut merupakan salah satu yang wajib dikalahkan di musim ini.
Kepergian Jorge Lorenzo musim depan ke Ducati membuat Vinales ditunjuk sebagai pengisi pos kosong yang ditinggalkan. Kabar mengenai ketertarikan Yamaha kepada Top Gun- julukan Vinales – memang sudah terendus sejak akhir musim lalu.
Managing Director Yamaha, Lin Jarvis, sempat mengakui jika Yamaha tengah melakukan pembicaraan dengan dengan pihak Vinales. Kedatangan Vinales ke Tim Garpu Tala tentu jadi salah satu hal yang paling dinanti untuk musim balap 2017. Selain Yamaha, Repsol Honda juga sempat dikabarkan mendekati sang pembalap.
“Saya rasa, seperti yang kita semua tahu, setiap tim sangat ingin mendatangkan Maverick (Vinales),” ujar Crutchlow seperti dikutip dariCrash, Sabtu (2/7/2016).
“Saya akan jadi suporter pertamanya sebab dia merupakan sosok yang harus dikalahkan. Dia akan menjadi salah satu yang tercepat di MotoGP,” jelasnya.

Honda: Miller Harus Jadikan Assen Batu Loncatan

Honda: Miller Harus Jadikan Assen Batu Loncatan
Direktur Marketing dan Komunikasi Honda Racing Corporation (HRC), Livio Suppo menyatakan pebalap Estrella Galicia 0.0 Marc VDS Honda, Jack Miller tak boleh berpuas diri begitu saja atas kemenangannya di MotoGP Belanda yang digelar di Sirkuit Assen akhir pekan lalu, demikian yang ia nyatakan kepada Speedweek.

Miller yang masih berusia 21 tahun, langsung melompat dari Moto3 ke MotoGP tahun lalu, dengan kontrak berdurasi tiga tahun dari HRC. Meski telah menunjukkan adanya perkembangan, Miller diyakini Suppo masih harus banyak belajar demi menjadi pebalap papan atas MotoGP.

"Kemenangan memang berharga untuk meningkatkan kepercayaan diri, tak peduli dalam kondisi basah atau kering. Meski begitu Jack tak boleh menjadikan Assen sebagai patokan. Ia harus menjadikan kemenangan ini sebagai batu loncatan untuk terus berkembang," ujar Suppo.

Jack Miller dan Tim Estrella Galicia 0.0 Marc VDS Honda (c) Marc VDS

"Jack punya potensi menjadi pebalap papan atas MotoGP suatu saat nanti, kami sudah melihatnya pada tahun 2014. Assen merupakan bukti bahwa gaya balapnya memang cocok untuk MotoGP. Kelas Open tahun lalu tampaknya menjadi 'sekolah' yang baik untuknya, toh ia terbukti berkembang," lanjutnya.

Meski begitu, mantan manajer tim pabrikan Ducati Corse ini memberikan pujian dan selamat kepada Miller dan Marc VDS Racing, yang sukses menjadi pebalap dan tim satelit pertama yang meraih kemenangan di MotoGP sejak Toni Elias dan Fortuna Honda (Gresini) di Estoril, Portugal, 10 tahun silam.

"Kemenangan Assen tentu membuat semua orang senang, termasuk timnya. Meraih podium, bahkan kemenangan di MotoGP merupakan tantangan berat bagi tim satelit. Kemenangan ini sudah tercatat dalam sejarah. Saya bahagia untuk semua orang yang terlibat," pungkas Suppo.

Aprilia Puas Lowes Langsung Nyaman di Atas RS-GP

Aprilia Puas Lowes Langsung Nyaman di Atas RS-GP
Manajer Teknis Aprilia Racing, Romano Albesiano mengaku pihaknya sangat puas mendapati pebalap Federal Oil Gresini Moto2, Sam Lowes langsung merasa nyaman mengendarai motor MotoGP mereka, RS-GP dalam uji coba tertutup di Misano World Circuit Marco Simoncelli, San Marino pada 29-30 Juni.

Ini merupakan kesempatan perdana Lowes menjajal motor MotoGP dan ia mengendarai RS-GP versi 2015. Pebalap Inggris ini pun dipastikan akan membela Aprilia Racing Team Gresini untuk musim 2017 dan 2018, bertandem dengan Aleix Espargaro. Albesiano pun mengaku puas atas hasil uji coba Lowes.

"Uji coba ini berjalan dengan sangat baik. Sam mengendarai motor yang belum pernah ia lihat sebelumnya, menyesuaikan diri dengan tenaganya dan rem karbon. Ia langsung nyaman, mampu menganalisa situasi dan sangat tepat dalam memberikan input kepada tim. Kami tak terlalu memperhatikan catatan waktu, tapi kami sudah cukup puas," ujar Albesiano kepada MotoGP.com.

Pria asal Italia ini juga menyatakan bahwa pengembangan RS-GP terbaru milik Stefan Bradl dan Alvaro Bautista telah dilanjutkan oleh sang test rider, Mike di Meglio dalam uji coba ini, di mana rider Prancis itu menjajal sasis baru.

"Kami melanjutkan program pengembangan RS-GP kepada Mike, fokus pada sasis baru dan elektronik, terutama di area torsi. Kami jelas akan mencari solusi yang terbukti langsung efektif pada performa kami dalam balapan," pungkas Albesiano. 

Honda Memuji Kesabaran Marquez di MotoGP Belanda

Honda Puji 'Kesabaran' Marquez di MotoGP Belanda
Direktur Marketing dan Komunikasi Honda Racing Corporation (HRC) sekaligus Team Principal Repsol Honda, Livio Suppo memberikan pujian kepada Marc Marquez yang ia nilai telah mampu 'bersabar' dalam menjalani balapan dramatis MotoGP Belanda di Sirkuit Assen akhir pekan lalu.

Dalam balapan yang terbagi dua akibat hujan deras itu, Marquez menjadi satu-satunya pebalap papan atas yang berhasil naik podium dengan finis kedua. Berkat ketenangannya, ia berhasil mempertahankan posisi di puncak klasemen dengan keunggulan 24 poin dari Jorge Lorenzo.

"Di Assen, Marc berhasil tampil sangat baik menghadapi balapan yang sulit, menyadari bahwa targetnya bukanlah menang sekarang, melainkan bulan November nanti. Kami menyadari ia begitu sabar dan mau menunggu peluang," ujar Suppo kepada Motorsport.

Pria Italia ini pun yakin 'kedewasaan' Marquez muncul dari dirinya sendiri dan belajar dari kesalahan, bukan dari nasihat dari sang manajer, Emilio Alzamora maupun kepala mekaniknya, Santi Hernandez. "Saya yakin manajer atau timnya tak mempengaruhinya, tak peduli berapa banyak nasihat yang mereka berikan sebelum start," lanjutnya.

"Anda bisa mengatakan apapun yang Anda inginkan pada pebalap sekaliber Marc, namun ia takkan melakukannya kecuali ia yakin dengan sendirinya. Bagaimana pun Marc telah menunjukkan ia telah belajar banyak dari tahun lalu, dan ini bukti seberapa cerdasnya ia, karena tak mudah mengubah mentalitas macam ini," pungkas Suppo.

Rossi Terancam Tak Bisa Jadi Juara Dunia MotoGP 2016

Pebalap Yamaha, Valentino Rossi, gagal merampungkan balapan MotoGP Italia, Minggu (22/5/2016), karena motornya mengalami kerusakan mesin. (EPA/Ettero Ferrari)

Pembalap veteran Movistar Yamaha Valentino Rossi meraih hasil negatif di MotoGP Assen, pekan lalu. Rossi tak mendapat poin sama sekali setelah terjatuh pada balapan yang berlangsung dalam kondisi lintasan basah akibat diguyur hujan lebat.


Akibat tak mendapat poin di Assen, Rossi tetap berada di posisi tiga klasemen pembalap. Pria Italia itu tertinggal makin jauh dari Marc Marquez yang memimpin klasemen.

Marquez finis di posisi dua pada GP Assen. Tambahan 20 poin ini membuat pembalap Repsol Honda itu unggul 42 angka dari Rossi serta 24 poin dari Jorge Lorenzo yang berada di posisi kedua. Di musim 2016 ini Marquez selalu mendapat poin di setiap seri. Sedangkan Lorenzo dua kali gagal finis.

Kegagalan di Assen membuat Rossi terancam kembali tak menjadi juara dunia. Penggemar Inter Milan itu harus menghadapi jalan terjal bila ingin menjadi juara dunia MotoGP 2016.

Di era modern, belum pernah ada pembalap yang bisa menjadi juara dunia setelah gagal mendapat poin di tiga balapan. Sebelum seri Assen, Rossi sudah dua kali gagal menyelesaikan balapan dari tujuh seri MotoGP 2016 yang sudah berlangsung.

Seperti diberitakan Autosport, pembalap terakhir yang mampu menjadi juara dunia setelah gagal finis tiga kali dalam satu musim adalah Mick Doohan pada tahun 1998. Namun pada saat itu MotoGP masih menggunakan mesin 500 cc dan hanya digelar 14 seri.

Dalam 17 musim setelah Doohan jadi juara dunia musim 1998, ada lima juara dunia yang gagal mendapat poin di dua balapan, sedangkan delapan juara dunia lainnya hanya gagal sekali. Empat juara dunia lainnya mencatat rekor selalu mendapat poin di 17 balapan.

Rossi sendiri pernah hampir mengakhiri kutukan tak biasa juara dunia setelah tiga kali gagal finis pada musim 2006. Ketika itu Rossi cuma terpaut lima poin dari Nicky Hayden yang menjadi juara dunia.