Senin, 18 Juli 2016

Sukses Strategi Ganti Ban, Marc Marquez Juarai Motogp Sachsenring

Sukses Strategi Ganti Ban Marc Marquez Rajai Sachsenring
Marc Marquez memetik kemenangan ketiga musim ini setelah finis di posisi pertama saat balapan berlangsung di Sirkuit Sachsenring, Jerman, Minggu (17/7/2016). Kemenangan tersebut menandai gelar keempatnya secara beruntun di GP Jerman.  

Saat balapan belum genap satu lap, Valentino Rossi berhasil menyalip Marc Marquez yang start dari grid terdepan. Namun pembalap Pramac Yakhnich, Danilo Petrucci menunjukkan kemampuan dengan merebut posisi pertama. 

Di tengah perebutan tempat pertama, Jorge Lorenzo justru semakin kesulitan untuk tampil kompetitif. Dia merosot ke posisi ke-13 setelah disusul Espargaro dari tim Suzuki. 

Petrucci kemudian memimpin lomba, hingga akhirnya dia membuat kesalahan sendiri karena tergelincir ke luar lintasan pada lap ke delapan. Pembalap Italia mampu melanjutkan balapan tetapi motornya mengalami kerusakan mesin sehingga terbakar. 



Posisi pemimpin balapan kini diperebutkan Marc Marquez, Valentino Rossi dan Andrea Dovizioso. Namun Repsol Honda berhasil menerapkan strategi pergantian motor dengan baik. Saat lintasan basah mulai mengering, Marquez dan Pedrosa mengganti motor. 

Sementara Rossi dan Dovizoso baru mengganti motor mereka di enam lap terakhir. Alhasil hingga putaran terakhir, Marquez mampu mempertahankan posisi memimpin. 

Untuk mengekspresikan kegembiraan, Marquez melintasi garis finis sambil berdiri di atas motornya. Ini merupakan kemenangan keempat secara beruntun di Sirkuit Sachsenring saat balapan di kelas utama, sekaligus kemenangan ke tujuh di semua kelas. 

Kemenangan tersebut juga menandai dirinya mampu menyapu bersih kemenangan di sana sejak tampil di ajang MotoGP. Adapun di posisi kedua di menangkan Crutchlow dan posisi ketiga dicuri Andrea Dovizioso.  

Sumber :

Wacana MotoGP Pakai Radio Menguat, Ini Komentar Rossi dan Marquez

Wacana MotoGP Pakai Radio Tim Menguat Ini Kata Rossi dan Marquez
Hampir setiap orang berkata balapan hujan, khususnya di Kejuaraan Dunia MotoGP, diibaratkan sebagai gabungan dari perjudian dan keberuntungan. Apalagi saat trek mulai mengering dan cuaca membaik. 

Hal itu dialami oleh para pembalap MotoGP 2016 pada dua seri belakangan. Di GP Assen tiga pekan lalu, dalam balapan yang sempat dihentikan karena turunnya hujan lebat, Jack Miller mengambil keuntungan dengan merebut juara. 

Keberuntungan menaunginya saat itu, karena sebelum meraih kemenangan perdananya di MotoGP tersebut, sejumlah pembalap di depannya terjatuh saat memimpin balapan, termasuk salah satunya Valentino Rossi yang sebenarnya sudah unggul beberapa detik darinya. 

Teraktual seri ke-9 MotoGP 2016 di Sirkuit Sachsenring, Jerman, Minggu (18/7) malam WIB. Marc Marquez hampir saja gagal meneruskan enam kemenangan beruntun sebelumnya di sana, kalau saja dia tidak menuruti perintah tim Repsol Honda lewat papan pengumuman untuk masuk pit buat mengganti motor yang menggunakan ban slick.

Kemenangan ketujuh beruntun Marquez di Sachsenring kemarin disebut orang sebagai perpaduan ketepatan dan keberuntungan dari perjudian analisis tim Repsol Honda di tengah balapan. Yakni kala mereka melihat lewat gambar yang diambil dari helikopter, bahwa lintasan telah mengering walau hanya di sekitar racing line saja.

Tim Repsol Honda pun dipuji atas keputusan berani ini, karena satu lap sebelum Marquez masuk pit mengganti motor dan ban. Andrea Iannone telah lebih dulu mengganti motor Ducatinya, tapi dia keluar pit mengganti ban basah dengan jenis intermediate.

Marquez pun dipuji atas keputusannya menuruti perintah timnya, walau pasca balapan dia bilang bahwa dia memang tidak punya feeling bagus di atas motor Honda RC213V yang menggunakan ban basah. Karena itu dia berani ganti motor dan ban dan mulai menemukan kecepatannya di trek setengah kering Sachsenring hingga memenangkan balapan dengan brilian.

Tapi tidak dengan Valentino Rossi. Rider tim Movistar Yamaha itu, bersama Andrea Dovizioso (Ducati) jadi dua pembalap ternama yang dipojokkan atas hasil balapan Sachsenring 2016. Pasalnya, keduanya sudah disuruh timnya buat masuk pit berganti motor dan ban, persis sama dengan waktu pit yang diambil Marquez. Namun mereka bersikeras memundurkan waktu pit mereka, sekitar dua lap setelah pit stop Marquez.

Hasilnya cukup signifikan. Dovi yang memimpin dua pertiga balapan Sachsenring, harus puas finis di urutan tiga. Sedang The Doctor malah lebih parah, mengakhiri race di posisi delapan. Hal itu menjadikan Marquez memimpin separuh musim MotoGP 2016 dengan nilai 170. Memimpin 48 poin dari Jorge Lorenzo di peringkat kedua klasemen sementara dan unggul 59 angka atas Rossi di posisi ketiga. 

Lorenzo menerima hasil ini karena dia memang tak konsisten di atas motor Yamaha YZRM1 khususnya dalam balapan basah. Tapi Rossi tak puas dan malah mengkambinghitamkan motornya malah lambat di trek setengah kering Sachsenring. Dari ketidakpuasan inilah muncul bakal dipergunakannya radio tim di MotoGP seperti di Kejuaraan Dunia Formula Satu (F1).

Namun apakah radio tim, jadi solusi tepat dalam komunikasi antara pembalap dengan tim dalam balapan MotoGP, apalagi jika balapan berlangsung dalam kondisi basah dan trek mulai mengering serta mengharuskan pembalap buat berganti motor serta ban, istilahnya flag to flag race.

Rossi jadi pembalap yang pro dengan penggunaan radio tim karena dapat mengubah jalannya balapan. Akan tetapi, letak keseruan balapan MotoGP apalagi saat balapan basah, yang sering memunculkan kejutan. Bisa saja tereduksi dengan penggunaan radio tim. 

“Saya masih belum tahu apakah lebih baik memasang radio tim di MotoGP seperti di F1. Tapi faktanya, komunikasi langsung (antara pembalap dan tim saat balapan) bakal lebih mudah,” sembur Rossi seperti dilansir Marca.

“Contohnya di Assen, jika saya diberitahu tim sedang memimpin balapan dua detik di depan pembalap terdekat, maka saya tidak akan memacu motor terlalu cepat. Jika memungkinkan memakai radio tim, saya oke-oke saja. Kita dapat mencobanya, tapi saya tidak tahu resikonya (seperti apa). Kita pernah mencobanya 10 tahun lalu tapi tak dipakai lagi,” ulas Rossi yang mengatakan pemakaian radio tim di MotoGP pernah dijajal sekitar 10 tahun yang lalu dan dihentikan karena membuat segalanya lebih berbahaya.

Lalu bagaimana tanggapan pembalap MotoGP lainnya, apakah mereka setuju seperti Rossi atau menolak ide ini? “Saya tidak dapat membayangkan seseorang berbicara kepada saya sementara saya sedang memacu motor, ini dapat berbahaya. Yang terbaik adalah mengadakan pertemuan terlebih dulu dan mempersiapkan seluruh kemungkinan skenario (dari memakai radio tim),” ujar Marquez.

“Untuk kasus ini, lakukanlah semuanya demi keamanan, karena (pemakaian radio tim) memang agak berisiko buat keamanan. Olah raga kita berbeda dari F1. Adalah lebih baik untuk tidak menggunakannya,” kata Dovizioso menimpali.

“Saya tidak berpikir ini (pemakaian radio tim di MotoGP) adalah ide yang bagus. Saya tidak bisa membayangkan saya seperti Kimi Raikkonen dan apa yang akan dikatakan bos (Lucio Cecchinello, pemilik tim LCR Honda) kepada saya saat balapan. Tim (MotoGP) sangat profesional, diisi oleh orang yang punya kemampuan hebat dan kami (pembalap) mendengarkan mereka,” tandas peraih podium kedua GP Jerman 2016, Cal Crutchlow.

Sumber:

Sabtu, 02 Juli 2016

Marc Marquez: Terpuruk di 2015, Bangkit di 2016

Marc Marquez Melempem di 2015 Galak di 2016
Marc Marquez untuk sementara memimpin persaingan kejuaraan MotoGP 2016 mengungguli dua pembalap Yamaha; Jorge Lorenzo dan Valentino Rossi. Penampilan The Baby Alien sejauh ini cukup berbeda ketimbang musim lalu.

Marquez selalu mendulang poin dari delapan seri perdana MotoGP 2016. Dua kemenangan, tiga posisi runner up, dua kali podium ketiga, dan sekali melorot ke peringkat 13 dalam balapan membawanya memuncaki klasemen dengan poin 145.

Marquez punya poin lebih banyak ketimbang Lorenzo (121) dan Rossi (103), dua rivalnya yang justru terseok-seok sejauh ini. Lorenzo meski bisa merebut tiga kemenangan, ia sempat terjatuh dua kali di Argentina dan Catalunya. Begitu pun The Doctor, dua kemenangannya tak cukup membawanya ke puncak akibat tiga kali gagal menyelesaikan balapan akibat serangkaian masalah.

Kendati demikian, Marquez merendah. Ia mengklaim posisinya belum aman sebab kejuaraan belum memasuki setengahnya. "Itu cuma bahan perbincangan di cafe," ujar Marquez bermaksud menolak diunggulkan dari delapan seri perdana seperti dikutipMotorsport.

"Kami bahkan belum setengah jalan melalui musim dan saya merasa tidak punya keunggulan satu balapan ketimbang pembalap di posisi dua. Meskipun cukup jelas sangat penting bisa punya selisih ini, terutama dari Valentino," tambahnya.

Pencapaian ini jauh berbeda ketimbang aksi Marquez di awal musim 2015. Tahun lalu, Marquez terjatuh tiga kali dalam delapan seri perdana. Hal itu membuatnya sempat tertinggal jauh dari Lorenzo dan Rossi.

Banyaknya crash membuat Marquez mesti melewati tahun terburuk sepanjang kariernya. Walhasil, ia gagal mempertahankan gelar juara 2013 dan 2014, yang akhirnya jatuh ke tangan Lorenzo.

Kini, Marquez bisa kembali ke performa terbaiknya. Meski banyak mengeluh soal motor RC213V serta aturan menggunakan ban Michelin, pembalap berusia 23 tahun bisa membalas rivalnya.

Ketika disinggung apa kunci suksesnya, Marquez menjawab singkat. Penampilan buruk musim lalu cukup memberinya pelajaran berharga yang bisa ia terapkan musim ini. "Semua manusia belajar dan tidak ada cara yang lebih baik untuk melakukannya dengan berkaca dari kesalahan sendiri," jelasnya.

"Saya salah satu dari orang yang bisa mengatakan 20 kali ada dinding di depan saya. Tapi sebelum saya membenturkan kepala, saya tidak percaya tembok itu ada," tutupnya.

Dilatih Max Biaggi, Lorenzo Menilai Bukan Hal yang Fundamental

Max Biaggi dan Joege Lorenzo.
Juara dunia MotoGP musim lalu, Jorge Lorenzo, mengungkapkan soal bergabungnya Max Biaggi menjadi pelatih ke Ducati. Menurutnya, kehadiran pria asal Italia tersebut bukan hal yang mendasar.
Seperti dikabarkan oleh Marca, kemungkinan Biaggi bergabung dengan Ducati. Pabrikan asal Italia tersebut berencana menjadikanya sebagai pelatih Lorenzo untuk mengarungi MotoGP musim 2017.
Kendati demikian, Biaggi bukan satu-satunya nama yang disiapkan Ducati sebagai pelatih Lorenzo. Casey Stoner juga kabarnya siap menjadi mentor juara dunia MotoGP 2015 tersebut. Lantas pembalap asal Spanyol tersebut hanya tertarik bisa dilatih oleh seorang figure yang bisa membantunya.
“Saya tak berpikir ini hal yang fundamental, tapi kadang dilatih seorang figur sangat membantu. Saya tak tahu, kita lihat saja nanti,” ucap Lorenzo mengutip Marca, Kamis (30/6/2016).
Sekadar informasi, Lorenzo sejatinya membutuhkan staf mekanik yang baru. Sebab beberapa staf mekanik Lorenzo saat ini lebih memilih untuk bertahan di Movistar Yamaha.

Valentino Rossi: GP Assen Sangat Memalukan!

Valentino Rossi. (Foto: Motorsport Magazine)
Keberuntungan tak memihak kepada tim Yamaha kala melintas pada seri kedelapan di Sirkuit Assen. Hal tersebut terjadi pada pembalap gaek, Valentino Rossi yang tak mampu menjaga momentunmya saat berada di posisi pertama.
Seperti diketahui, balapan sempat terhenti pada lap ke-15 akibat hujan lebat. Lantas seluruh pembalap harus mengganti motor dan ban di pit. Sayangnya, usai pergantian tersebut, The Doctor yang memimpin, mengalami kecelakaan tunggal hingga membuatnya mengakhiri lomba.
Atas insiden tersebut, Rossi mengaku mengalami kejadian yang memalukan. Sebab, ia merasa tampil baik kala melakoni latihan bebas, namun kesalahan di perlombaan membuat jarak poinnya dengan Marc Marquez (Honda) menjadi jauh.
“Ini sangat memalukan, mengingat kami memiliki kecepatan yang baik di trek ini. Kami sebenarnya bisa mendapatkan poin penting setelah melakukan beberapa latihan bebas dengan baik,”ucap Rossi mengutip situs resmi MotoGP, Senin (27/6/2016).
“Saya menyadari terlalu tampil menekan karena memiliki kesempatan yang baik. Namun saya gagal karena membuat kesalahan hari ini, dengan membuang banyak poin. Sehingga memperlebar jarak dengan marquez. Kami harus bekerja keras lagi dan berusaha kompetitif padarace berikutnya,” tuntas pembalap berusia 37 tahun tersebut.
Sekadar catatan, musim ini Rossi  telah tiga kali gagal finis akibat terjatuh. Sebelumnya, peraih tujuh gelar juara MotoGP tersebut tak menyelesaikan balap di GP Amerika dan GP Italia.

Maverick Vinales Bisa Jadi Rider Tercepat di MotoGP

Maverick Vinales / Motorsport
Rider muda asal Spanyol, Maverick Vinales, merupakan salah satu pembalap muda terbaik saat ini. Menurut Cal Crutchlow, pembalap berusia 21 tahun tersebut merupakan salah satu yang wajib dikalahkan di musim ini.
Kepergian Jorge Lorenzo musim depan ke Ducati membuat Vinales ditunjuk sebagai pengisi pos kosong yang ditinggalkan. Kabar mengenai ketertarikan Yamaha kepada Top Gun- julukan Vinales – memang sudah terendus sejak akhir musim lalu.
Managing Director Yamaha, Lin Jarvis, sempat mengakui jika Yamaha tengah melakukan pembicaraan dengan dengan pihak Vinales. Kedatangan Vinales ke Tim Garpu Tala tentu jadi salah satu hal yang paling dinanti untuk musim balap 2017. Selain Yamaha, Repsol Honda juga sempat dikabarkan mendekati sang pembalap.
“Saya rasa, seperti yang kita semua tahu, setiap tim sangat ingin mendatangkan Maverick (Vinales),” ujar Crutchlow seperti dikutip dariCrash, Sabtu (2/7/2016).
“Saya akan jadi suporter pertamanya sebab dia merupakan sosok yang harus dikalahkan. Dia akan menjadi salah satu yang tercepat di MotoGP,” jelasnya.

Honda: Miller Harus Jadikan Assen Batu Loncatan

Honda: Miller Harus Jadikan Assen Batu Loncatan
Direktur Marketing dan Komunikasi Honda Racing Corporation (HRC), Livio Suppo menyatakan pebalap Estrella Galicia 0.0 Marc VDS Honda, Jack Miller tak boleh berpuas diri begitu saja atas kemenangannya di MotoGP Belanda yang digelar di Sirkuit Assen akhir pekan lalu, demikian yang ia nyatakan kepada Speedweek.

Miller yang masih berusia 21 tahun, langsung melompat dari Moto3 ke MotoGP tahun lalu, dengan kontrak berdurasi tiga tahun dari HRC. Meski telah menunjukkan adanya perkembangan, Miller diyakini Suppo masih harus banyak belajar demi menjadi pebalap papan atas MotoGP.

"Kemenangan memang berharga untuk meningkatkan kepercayaan diri, tak peduli dalam kondisi basah atau kering. Meski begitu Jack tak boleh menjadikan Assen sebagai patokan. Ia harus menjadikan kemenangan ini sebagai batu loncatan untuk terus berkembang," ujar Suppo.

Jack Miller dan Tim Estrella Galicia 0.0 Marc VDS Honda (c) Marc VDS

"Jack punya potensi menjadi pebalap papan atas MotoGP suatu saat nanti, kami sudah melihatnya pada tahun 2014. Assen merupakan bukti bahwa gaya balapnya memang cocok untuk MotoGP. Kelas Open tahun lalu tampaknya menjadi 'sekolah' yang baik untuknya, toh ia terbukti berkembang," lanjutnya.

Meski begitu, mantan manajer tim pabrikan Ducati Corse ini memberikan pujian dan selamat kepada Miller dan Marc VDS Racing, yang sukses menjadi pebalap dan tim satelit pertama yang meraih kemenangan di MotoGP sejak Toni Elias dan Fortuna Honda (Gresini) di Estoril, Portugal, 10 tahun silam.

"Kemenangan Assen tentu membuat semua orang senang, termasuk timnya. Meraih podium, bahkan kemenangan di MotoGP merupakan tantangan berat bagi tim satelit. Kemenangan ini sudah tercatat dalam sejarah. Saya bahagia untuk semua orang yang terlibat," pungkas Suppo.