Selasa, 15 Desember 2015

Bos Dorna Balas Kritikan Valentino Rossi

Rossi (kiri) bersama Ezpaleta (kanan) (Foto: AFP)
MADRID – Keputusan Dorna memilih perangkat lunak elektronik baru (ECU) memang menjadi kontroversi jelang MotoGP 2016. Bahkan pembalap Movistar Yamaha, Valentino Rossi, sempat menilai keputusan tersebut merupakan langkah mundur yang dilakukan oleh pihak Dorna.
Bos Dorna, Carmelo Ezpeleta pun langsung memberikan tanggapannya mengenai ECU baru Magnetti Marelli itu. Ia berujar bahwa keputusan pihak Dorna terkait ECU tersebut merupakan salah satu cara untuk membantu tim-tim kecil bersaing di ajang MotoGP 2016.
“Mungkin pemilihan ECU baru merupakan salah satu langkah mundur olahraga ini. Mungkin perangkat baru ini adalah perangkat yang jauh lebih buruk dari yang kita gunakan pada tahun lalu. Namun, perangkat ini juga yang akan membantu tim-tim kecil bersaing di tahun depan,” ucap Ezpeleta, seperti dikutip Speedweek, Senin (14/12/2015).
“Kami sadar bahwa kami telah memberikan masalah yang terlihat sangat luar biasa untuk sejumlah pembalap senior di olahraga ini. Akan tetapi, bagi sebagian pembalap muda keputusan kami ini merupakan langkah yang benar,” sambungnya.
“Jadi, apakah kami telah memilih sebuah langkah mundur? Apakah kami telah sembarangan memilih sebuah perangkat? Itu semua tergantung bagaimana sikap dewasa Anda menyikapinya,” tuntas pria asal Spanyol tersebut.

Motor MotoGP 2016 Akan Lebih Lambat

Menurut Lorenzo motor MotoGP 2016 akan lebih lambat. (Foto: AFP/Jamie Reina)
Pembalap Tim Movistar Yamaha, Jorge Lorenzo, memprediksi semua motor peserta MotoGP 2016 akan mengalami penurunan kecepatan. X-Fuera julukan Lorenzo meyakini paling tidak motor-motor akan mengalami penurunan kecepatan minimal setengah detik ketimbang kuda besi yang bersaing pada MotoGP 2015 di setiap putarannya.
Perubahan regulasi pada MotoGP 2016 yang membuat Lorenzo yakin berpendapat demikian. Per musim depan, semua peserta akan dipasok perangkat elektronik (ECU) keluaran Magneti Marelli dari Dorna.
Sebelum Dorna memberi kebijakan yang mengharuskan semua tim memakai perangkat elektronik keluaran mereka, tim-tim pabrikan seperti Yamaha, Honda dan Ducati bisa mengembangkannya secara bebas. Karena itu, tak heran bila ketiga tim pabrikan tersebut selangkah di depan dibanding tim lainnnya.
Dengan memakai perangkat elektronik keluaran Dorna, potensi Yamaha, Honda dan Ducati dilewati tim lain cukup besar. Bahkan hal itu sudah tersaji saat melakukan sesi tes pramusim MotoGP 2016 pada 11 November 2015 di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia, Spanyol.

Balap Underbone 130 cc Asia Road Racing Championship Bakal Dihapus

Salah satu kelas balap yang membanggakan Indonesia di kancah Asia adalah kelas Underbone 130 cc. Banyak pembalap Indonesia yang berhasil mendominasi kelas ini di balap level Asia. Seperti Gupita Kresna, pembalap tim Manual Tech ini berhasil menjadi juara Asia untuk kelas Underbone 130 cc Asia tahun ini. Namun, ada berita baru. Balap Underbone 130 cc Asia Road Racing Championsip bakal dihapus.
Balap Underbone 130 cc bakal dihapus dari penyelenggaraan Asia Road Racing Championship (ARRC). Tahun depan akan menjadi musim balap terakhir kelas Underbone 130 cc di kancah Asia. Dalam lampiran regulasi teknis yang diterbitkan Two Wheels Motor Racing (TWMR) selaku penyelenggara ARRC, sudah ditegaskan kalau tahun depan menjadi musim terakhir balap Underbone 130 cc.
Untuk kelas Underbone atau pengganti 130 cc, TWMR akan membuka kelas baru Underbone 150 cc. Nampaknya, kebijakan ini dilakukan karena banyak pabrikan sepeda motor yang lebih fokus ke Bebek 150 cc. Makanya, di event level Kejurnas kelas Bebek 110 cc juga dihapus tahun depan dan digantikan dengan Bebek 150 cc. Jadi, bisa buat persiapan juga untuk balap level Asia.

Jumat, 11 Desember 2015

Rossi Mengalah, Hukuman Tetap Coreng Karier Balap Sang Legenda

Rossi Mengalah Hukuman Tetap Coreng Karier Balap Sang Legenda

Valentino Rossi resmi mencabut gugatan bandingnya yang ia ajukan ke Pengadilan Abritase Olahraga (CAS)/ Reuters

Valentino Rossi mencabut banding yang ia ajukan ke Pengadilan Abritase Olahraga (CAS). Pencabutan itu ia lakukan kurang lebih satu bulan setelah dirinya resmi dinyatakan bersalah dalam insiden kecelakaan Marc Marquez di Sirkuit Sepang Malaysia.


Insiden tersebut sebenarnya terjadi pada 25 Oktober 2015 lalu. Saat itu Rossi dituduh menendang motor milik Marquez hingga pembalap Repsol Honda tersebut jatuh dan keluar lintasan. Rossi langsung dinyatakan bersalah oleh Race Direction. Ia dikenai tiga poin hukuman dan salah satunya harus memulai seri terakhir di Sirkuit Valencia dari posisi paling belakang.



Pembalap Movistar Yamaha itu sempat mengajukan banding lewat jalur CAS. Namun banding tersebut ditolak pada 6 November 2015. Saat itu juga Rossi resmi dijatuhi hukuman yang mencoreng karier balapnya di pentas MotoGP.

"Valentino Rossi sudah menarik gugatan banding yang ia ajukan ke Pengadilan Abritase Olahraga (CAS) atas keputusan Federasi Balap Motor Dunia (FIM) terkait tiga poin hukuman yang diterimanya usai melanggar pembalap lain selama lomba di Shell Malaysia Motorcycle Grand Prix, 25 Oktober 2015 lalu," bunyi penyataan CAS.

"Dalam banding itu, Rossi meminta pembatalan hukuman atau setidaknya pengurangan dari tiga poin menjadi satu. Kini dia sudah memberi tahu kami bahwa kasusnya sudah diselesaikan. Dengan demikian, prosedur abritase telah dihentikan dan keputusan FIM akan tetap berlaku," lanjut pernyataan tersebut.

Akibat hukuman itu, Rossi gagal menjuarai balapan tahun ini. Gelar yang diincarnya sejak awal kompetisi, jatuh ke genggaman rekan satu timnya, Jorge Lorenzo.

Bos Yamaha Sebut Hukuman untuk Rossi Cukup Adil

Perselihan antara Valentino Rossi dengan rekan setimnya Jorge Lorenzo belum juga berakhir. Kedua pebalap Yamaha Movistar itu tidak saling bertegur sapa sejak dua seri terakhir MotoGP 2015. Bos Yamaha Tech 3, Herve Poncharal, pun memberikan komentarnya terkait permasalahan ini. Ia mengaku tidak terlalu mempermasalahkan hukuman penalti untuk Rossi. Namun, Herve menjelaskan bahwa sanksi tersebut sangat berat bagi Rossi dalam perebutan gelar juara dunia MotoGP. 

"Bagi saya pribadi hukuman untuk Rossi cukup adil, tapi hal itu memang sangat berat baginya," kata Herve dilansir Crash, Kamis (10/12/2015). "Rossi tidak akan memulai balapan dari grid belakang jika ia tidak mendapatkan penalti di Misano. Aturan poin penalti berlaku untuk semua orang," sambungnya. 

Herve menilai balapan MotoGP 2015 berjalan sangat menarik. Dan, Rossi menjadi salah satu iko di balik kejuaraan yang luar biasa ini. "Tahun ini balapan sangat menganggumkan dengan perebutan gelar juara hingga seri terakhir. Dan tentu saja, salah satu pembalap yang terlibat dalam cerita ini adalah ikon kami, Rossi. Dia adalah kaisar kami." pungkasnya. -Crash.Net

Adik Marc Marquez Panaskan Rivalitas Sang Kakak dengan Rossi

Alex Marquez yang merupakan adik kandung Marc Marquez memanaskan rivalitas antara sang kakak dengan Valentino Rossi. Seperti diketahui, hubungan Marquez dengan Rossi memang tengah panas menjelang penutupan MotoGP musim 2015. 

Di mulai dari insiden di Sepang hingga berbagai tuduhan yang dilayangkan kedua pihak. Sebagai adik, Alex yang turun di kelas Moto2 merasa perlu mendukung pebalap Repsol Honda tersebut untuk mengatasi permasalahannya. "Saat saudara Anda mengalami hal seperti itu, Anda tentu akan terpengaruh dan mencoba untuk mendukungnya," kata Alex. 
"Saya tidak ingin pebalap lainnya mengalami hal yang sama, karena ini tidak mudah dan tidak ada unsur olahraga sama sekali," tuturnya. 

Alex mengungkapkan bahwa kondisi The Baby Alien semakin membaik pasca kejadian tersebut. Marquez mulai bisa mengatasi tekanan karena mengikuti banyak aktivtas. "Kami sangat beruntung karena di dekat rumah banyak sekali sirkuit, yang memungkinkan untuk berlatih kapan saja, yang membuat melupakan semua masalah." tutupnya.

Marquez Blak-blakan soal Insiden dengan Rossi di MotoGP 2015

Barcelona - Marc Marquez bicara blak-blakan dan panjang lebar mengungkit perselisihannya dengan Valentino Rossi di pengujung musim 2015. Marquez menegaskan tak salah apa-apa dan segalanya terjadi karena Rossi sendiri.


Kejadian antara Rossi dengan Marquez meramaikan MotoGP 2015. Saat tinggal terlibat perebutan gelar juara dengan Jorge Lorenzo, Rossi menuding Marquez sudah membantu sesama rider Spanyol itu. Puncaknya, Rossi dan Marquez terlibat insiden langsung di Sepang.



"Apa yang sudah dilakukan Valentino untuk balap motor sudah luar biasa. Segala yang pernah dicapainya berarti bahwa ia punya kemampuan besar di MotoGP. Tapi pada akhirnya tak ada yang sempurna dan selalu ada kemungkinan membuat kesalahan," kata Marquez dalam wawancara eksklusif dengan MCN.



"Valentino amat tangguh dan tahun ini aku melihat bahwa di luar lintasan Anda akan kalah kalau berhadapan dengan Valentino. Itu sudah terjadi di masa lalu dengan (Sete) Gibernau, (Max) Biaggi, dan (Casey) Stoner. Jadi Anda harus berkonsentrasi untuk bisa menang di atas lintasan."



"Aku sudah membantu Valentino dengan mengalahkan Lorenzo di Australia dan setelah itu ia menyalami tanganku. Tapi ketika kami menuju Malaysia... duaarr, semuanya meledak. Aku saat itu terkejut tapi pada akhirnya Valentino-lah yang memulai masalah ini."



"Aku tahu ada orang yang bertanya kenapa aku menyalip Valentino berulang kali, tapi aku juga ingin tahu kenapa ia juga melakukan hal serupa. Aku sedang berusaha menggeber tapi ia melewatiku berulangkali. Aku sempat tertinggal darinya tapi aku tahu lebih cepat darinya. Sejak balapan itu aku bertanya pada diri sendiri, 'mengapa ia membuat duel di Malaysia sedemikian sengit?'," bebernya.



Dari sesi konferensi pers jelang balapan di Sepang, saat Rossi menuding Marquez lebih suka Lorenzo yang juara juara, situasi sudah terlihat panas. Marquez menegaskan motivasinya adalah untuk menang dan bukan menghancurkan asa juara Rossi.



Setelah kemudian mereka terlibat insiden di lintasan Sepang, Rossi dihukum start dari posisi paling belakang dalam balapan penentu di Valencia. Saat itu Lorenzo akhirnya jadi pemenang untuk memuluskan jalan ke takhta juara, dengan Marquez yang finis kedua dituding Rossi sudah mengawalnya ke kursi kampiun.



"Valencia adalah balapan tersulit dalam karierku. Aku saat itu lebih gugup ketimbang saat menghadapi balapan perebutan gelarku sendiri. Targetku adalah memenangi balapan karena aku tahu kalau aku ada di tengah-tengah persaingan dan aku tidak menang, Valentino akan mengeluhkan tentangku," ucap Marquez.



"Aku berusaha sebaik mungkin untuk mengalahkan Jorge tapi ia memecahkan rekor lintasan dan rekor balap. Terkadang Anda bisa melaju cukup cepat untuk menyalip tapi tidak cukup untuk cepat untuk menutup jarak, jadi rencanaku ketika itu adalah menunggu sampai putaran terakhir, seperti Indy, dan menyalip. Tapi lalu Dani tiba dan aku kehilangan terlalu banyak waktu berduel dengannya," jelasnya.



Konflik yang ada di MotoGP 2015 turut memunculkan topik bahasan mengenai sebuah foto lawas yang bergambarkan Marquez kecil bertemu dengan Rossi yang disebutnya sebagai panutan. Keadaan kini berbeda. 



"Aku selalu bilang Valentino adalah panutan dan pahlawanku. Dengan segala yang sudah terjadi aku masih menghormati pencapaiannya di lintasan, tapi aku ingin punya jalanku sendiri. Aku menghormatinya, dan aku tahu bagaimana situasinya dan kenapa semua ini terjadi. Aku paham ia ketika itu sedang memburu gelar dan karena itu juga ia jadi lebih gugup dari biasanya. Saat Anda sedang gugup, Anda dapat mengatakan hal-hal yang tidak ingin Anda katakan. Tapi pada akhirnya ia sudah mengatakannya," sebutnya.



Sudah pernah terlibat dalam duel yang mempertaruhkan gelar juara dunia, Marquez tahu terkadang mengusik rival bisa menjadi hal penting. Dalam balapan, mind games memang bukan hal asing dan untuk pebalap top ada ungkapan cuma ada dua pilihan; memberi tekanan atau menerimanya. Marquez menilai apa yang terjadi di pengujung musim pada awalnya bagian dari strategi Rossi untuk membuyarkan konsentrasi Lorenzo. 



"Jorge dan Valentino musim ini sama-sama luar biasa. Keduanya akan jadi kampiun yang pantas, tapi Jorge lebih cepat dan Vale lebih konsisten. Ketika Anda merasa seseorang lebih cepat daripada Anda, maka Anda akan berusaha menggoyahkan kestabilan orang lain itu," ujar Marquez.