Sabtu, 09 April 2016

Motor Marc Marquez yang "Misterius"

Pebalap Repsol Honda, Marc Marquez, memenangi balapan GP Argentina di Autodromo Termas de Rio Hondo, Minggu (3/4/2016), dengan keunggulan enam detik lebih dari Valentino Rossi di posisi kedua.

Marquez dan Rossi sempat bersaing ketat sebelum keduanya masuk pit pada akhir lap ke-10 untuk menjalani kewajiban berganti motor.

Setelah berganti motor, Marquez mulai meninggalkan pebalap Movistar Yamaha tersebut. Pada putaran pertama dengan motor kedua, Marquez sudah lebih cepat 2,8 detik.

Marquez seperti melayang. Dari 10 lap yang dia lahap dengan motor kedua, enam di antaranya diselesaikan di bawah 1 menit 41 detik.

Pertanyaan pun segera muncul, mengapa Marquez begitu cepat dengan motor kedua. Faktanya, strategi yang diterapkan Repsol Honda ternyata berdasar pada feeling pebalap 23 tahun tersebut.

"Marc merasa jauh lebih nyaman dengan motor pertama, sepanjang akhir pekan," kata Santi Hernandez, kepala kru Marquez, dalam wawancara dengan Movistar TV yang diberitakanMotorsport.com.

"Karena itulah kami memutuskan dia akan memulai balapan dengan motor kedua. Jadi, pada bagian balapan yang secara teori lebih penting, dia akan memakai motor dengan feeling terbaik," ujar Hernandez menjelaskan.

Strategi menyimpan yang terbaik pada bagian akhir balapan ini berbuah manis. Marquez meraih kemenangan keduanya di Argentina setelah 2014. Tahun lalu, dia gagal finis akibat terjatuh setelah bersenggolan dengan Rossi ketika balapan tersisa dua putaran.

Ketika diminta menggambarkan bagaimana perbedaan feelingMarquez terhadap motor pertama dan kedua, baik pebalap maupun teknisi Repsol Honda tidak bisa memberikan penjelasan.

"Kami harus menganalisis semua data dan mencoba mencari alasannya. Perbedaannya adalah feeling ketika dia melakukan serangan (untuk menyalip) dan menikung," ujar Hernandez.

Setelah lolos ujian dengan nilai terbaik di Argentina, Marquez akan bersaing di Sirkuit Americas, Austin, 8-10 April. Kondisi sirkut di Austin akan sangat berbeda dengan di Argentina.

Salah satu anggota tim Marquez mengatakan bahwa mereka berpotensi mengalami kesulitan terutama di tikungan terakhir dan lintasan lurus utama Sirkuit Americas.

Balapan GP Argentina mewajibkan pebalap melakukan flag-to-flag atau berganti motor di tengah balapan karena alasan keselematan berkaitan dengan ban belakang Michelin.

Pada sesi latihan bebas keempat, Sabtu (2/4/2016), ban belakang Scott Redding (Octo Pramac), mengalami kerusakan ketika melaju cepat.

Dengan pertimbangan tersebut, flag to flag diwajibkan saat balapan. Jumlah putaran balapan pun dikurangi, dari 25 menjadi 20 lap.

Jumat, 08 April 2016

Video Flash Back MotoGP Argentina Penuh Drama , Dovizioso & Ianone Jatuh, Marquez Menang Mutlak.



Pembalap tim Repsol Honda, Marc Marquez, menjadi juara pada balapan MotoGP Argentina, Senin dinihari tadi. Dengan kemenangan itu, Marquez kini memimpin klasemen sementara pembalap.

Marquez yang memulai balapan dari posisi terdepan sempat disalip pembalap tim Movistar Yamaha, Jorge Lorenzo, dan pembalap tim Ducatti, Andrea Dovizioso. Dovizioso sempat memimpin lomba beberapa putaran sebelum Valentino Rossi dan Marquez membalapnya dan memaksanya turun menjadi peringkat ketiga.

Nasib nahas dialami Lorenzo yang terjatuh dari motornya di tikungan pertama saat balapan menyisakan 15 putaran lagi. Persaingan antara Marquez dan Rossi pun terjadi hingga tengah balapan. Pembalap tim Suzuki Ecstar, Maverick Vinales, sempat menyodok ke posisi ketiga menggeser Dovizioso dan Andrea Ianonne.

Pada balapan kali ini para pembalap diharuskan mengganti motor di tengah balapan. Pergantian motor itu terjadi karena adanya masalah pada ban Michelin yang membuat pembalap Scott Redding mengalami kecelakaan pada sesi latihan. Pengawas balapan pun akhirnya memutuskan semua pembalap untuk melakukan pergantian motor di tengah balapan agar ban tak habis dan menyebabkan kecelakaan yang sama.

Setelah para pembalap melakukan pergantian motor, dominasi Marquez terjadi. Secara perlahan dia meninggalkan Rossi dan pembalap lain dengan jarak yang cukup jauh. Di belakangnya, Rossi bertarung dengan Vinales untuk memperebutkan juara kedua. Sayangnya, Vinales mengalami kecelakaan di tikungan pertama pada putaran ke-18.

Rossi sempat melebar saat menikung dan duo Ducatti, Ianonne dan Dovizioso, menyodok ke posisi kedua dan ketiga di akhir-akhir balapan. Namun nasib baik masih menaungi Rossi, kedua pembalap Ducatti itu bersentuhan di tikungan terakhir dan mereka pun terjatuh. Rossi akhirnya berhasil merebut posisi kedua, sementara posisi ketiga ditempati oleh rekan Marquez, Dani Pedrosa.

Marquez dan Rossi Bicara Soal Tabrakan Teknisi di Pit Lane

Marquez dan Rossi Bicara Soal Tabrakan Teknisi di Pit Lane
TEXAS - Di GP Argentina pekan lalu, sebuah tabrakan mengerikan menimpa mekanik Aprilia Racing Team Gresini ketika pembalap Alvaro Bautista hendak berganti motor. Tabrakan itu ditanggapi serius pembalap MotoGP lain. 

Jelang bergulirnya GP Amerika Serikat di Austin akhir pekan ini, pembalap Movistar Yamaha Valentino Rossi dan rider Repsol Honda, Marc Marquez satu suara terkait insiden kecelakaan yang menimpa mekanik Aprilia Racing. Peristiwa bermula ketika Bautista memasuki pit lane dan motornya tergelincir saat direm. 

Mekanik tim yang sedianya mempersiapkan motor Bautista, tak bisa mengindari laju motor yang tergelincir itu. Dia pun terjatuh dan mengalami cedera serius di bagian tangan dan kakinya. 

Bautista sendiri menyebut kecelakaan itu di luar kehendaknya karena motor tergelincir ke arah mekaniknya sendiri. Kepada Crash, pembalap asal Spanyol mengatakan "Tidak ada yang bisa saya lakukan agar tidak menabrak dia," 

Menanggapi insiden tersebut, Marquez menyebut seharusnya Bautista lebih berhati-hati. Karena pada dasarnya, keselamatan merupakan elemen terpenting dalam olahraga balap MotoGP. 

"Mungkin mengurangi kecepatan dapat menjadi pilihan yang baik. Tapi kemudian pengendara akan mengeluh bahwa kita kehilangan terlalu banyak waktu. Jika pada akhirnya itu adalah untuk keselamatan, saya pikir salah satu yang perlu diambil," kata Marquez. 

"Saya melihat video dan saya tidak tahu apakah Bautista mengerem terlalu dalam, atau mungkin di depan kotaknya basah, mungkin dia datang sedikit terlalu cepat. Saya pikir memperlambat kecepatan di pit lane dapat menjadi solusi untuk lebih aman," timpal Rossi. 





Rossi Minta Ducati Jangan Bikin Repot Yamaha

Rossi Minta Ducati Jangan Bikin Repot Yamaha

TEXAS - Valentino Rossi menyoroti kinerja penggunaan ban Ducati jelang bertarung di Grand Prix Amerika Serikat. Setelah merasa dirugikan aturan ganti motor di Argentina, pembalap Yamaha tak mau kembali direpotkan masalah yang sama.

Masalah ban Ducati yang dialami Scott Redding di sesi latihan keempat membuat aturan pengunaan ban berubah di Argentina pekan lalu. Ban belakang Redding yang pecah membuat Michelin menarik dua tipe senyawa bannya untuk balapan yakni menukar ban bertipe hard dan medium dengan ban medium berkompon keras.

Sayang, perubahan cuaca yang berubah ketika pemanasan membuat kedua ban bertipe hard dan medium kembali bisa digunakan namun dengan catatan jumlah balapan dikurangi jadi 20 lap dan para pembalap mesti mengganti motor di pertengahan balapan. Pergantian motor itulah yang dikeluhkan Rossi di mana ia menilai malah jadi lelet saat menunggangi motor keduanya. 

Untuk itu, Rossi meminta Ducati bisa benar-benar membenahi masalah bannya jelang bertarung di Circuit of the Americas, Minggu (10/4/2016) nanti. Bahkan ia meyakinkan jika semua tim jelas tak suka andai mesti mengganti bannya hanya karena satu tim bermasalah.

"Bagi saya, itu bisa terjadi karena dua faktor bersama-sama. Bisa karena pembalap punya postur yang tinggi dan lebih berat seperti Baz dan Redding. Saya juga cukup tinggi, tapi yang terutama adalah pembalap tinggi dan jenis motornya," jelasnya dikutip Crash.

"Karena semua tim sudah melalui tes musim dingin dan balapan di Qatar serta Argentina, kami Yamaha tidak pernah punya masalah. Jadi minggu lalu, kami sudah siap untuk balapan sebanyak 25 lap," imbuhnya.

"Kami tidak punya masalah pada motor dan data tentang tekanan ban. Kami tidak punya masalah apapun, untungnya. Jadi saya harap motor lainnya juga demikian, dalam hal ini Ducati mesti memperbaiki masalahnya," tegas The Doctor.

"Sebab kalau tidak, semua tim harus balapan dengan ban bertipe keras. Saya pikir itu tidak baik untuk penampilan dan juga kinerja. Jadi saya pikir mereka harus memperbaiki masalahnya," pungkasnya.

Sepakat dengan Ducati, Lorenzo Lewati Gaji Rossi

Sepakat dengan Ducati Lorenzo Lewati Gaji Rossi

TEXAS - Jorge Lorenzo tampaknya sudah tak bisa mengelak dari pertanyaan wartawan mengenai masa depannya bersama Movistar Yamaha yang berada di ujung tanduk. Pasalnya salah satu media di Italia membocorkan jika juara dunia MotoGP musim lalu itu telah menyetujui kesepakatan bergabung dengan Ducati pada musim depan. 

Spekulasi ini muncul beberapa hari setelah kedua joki tim Pabrikan Italia, yakni Andrea Dovizioso dan Andrea Iannone terlibat insiden kecelakaan di GP Argentina, akhir pekan kemarin. Menurut laporan yang diberitakan Gazzettaworld, Kamis (7/4/2016), Lorenzo dilaporkan telah menyetujui kesepakatan untuk bergabung bersama tim Ducati setelah ia menerima mahar sebesar 12 juta euro atau sekira Rp180 miliar dengan durasi tiga tahun. 

Rezeki nomplok yang diterima Lorenzo sekaligus mengalahkan nilai kontrak yang pernah diterima Valentino Rossi pada dua tahun lalu. Saat itu The Doctor mengantongi pendapatan sebesar USD 10 juta (Rp140 miliar). Rekening Rossi semakin gendut setelah ditambah kontrak dari sponsor dengan nominal mencapai USD 8 juta atau Rp112 miliar. 

Sekadar informasi, bukan rahasia lagi Ducati menyimpan perasaan terhadap Lorenzo. Sebab mereka sangat merindukan mahkota juara MotoGP yang telah lama tak dirayakan oleh tim Pabrikan Italia sejak 2007 lalu atau ketika Casey Stoner keluar sebagai juara. 

Sementara itu, mengenai nasib Dovizioso dan Iannone. Media Italia menyebut jika tim akan menganalisis kinerja kedua joki mereka musim ini sebelum memutuskan mengusir salah satu dari mereka. 

Sedang Yamaha berencana menduetkan Rossi dengan Maverick Vinale pada musim depan. Singkat kata, Lorenzo dan Ducati dijadwalkan bakal menggelar konferensi pers terkait pengumuman ini sebelum seri keempat MotoGP berlangsung di Jerez, 24 April mendatang.

Empat Hal yang Bikin Lorenzo Ngebet Pindah ke Ducati

Empat Hal yang Bikin Lorenzo Ngebet Pindah ke Ducati

TEXAS - Ada banyak faktor yang menyebabkan Jorge Lorenzo memutuskan pindah ke tim Ducati Corse pada 2017 mendatang. Mulai dari informasi kesepakatan Valentino Rossi bersama Movistar Yamaha di awal seri balap MotoGP musim ini hingga kedekatannya dengan bos tim Pabrikan Italia, Gigi Dall'Igna. 

Berita tentang masa depan Rossi bersama Yamaha sebelum balapan seri perdana di Qatar, pertengahan Maret lalu, memang mengejutkan banyak pihak, tak terkecuali Lorenzo. Saking kesalnya, pemilik nomor 99 itu sampai memilih menunda untuk membarui kontrak. 

Sehingga wajar jika banyak spekulasi yang mengaitkan kepindahan Lorenzo ke Ducati Corse musim depan. Apalagi tim Pabrikan Italia sangat menginginkan salah satu pembalap top dunia berada di paddock mereka musim depan. 

Pemikiran itu keluar lantaran Ducati belum berhasil menempatkan salah satu pembalapnya sebagai juara dunia MotoGP sejak Casey Stoner pada 2007 lalu. Alhasil, setiap pemberitaan mengenai masa depan Lorenzo selalu mendapatkan porsi yang lebih.

Sampai pada akhirnya salah satu media di Italia melaporkan jika Lorenzo telah menyetujui kesepakatan secara lisan bersama Ducati dengan nilai gaji sebesar 12 juta euro atau sekira Rp180 miliar. Ditambahkan Gazzettaworld, pengumuman mengenai kesepakata itu akan dipublikasikan kepada wartawan jelang balapan seri keempat di Jerez, Spanyol, 24 April mendatang. 

Jika benar Lorenzo bergabung dengan Ducati, pertanyaan yang tepat diajukan sekarang adalah mengapa juara dunia tiga kali MotoGP memilih tim asal Italia tersebut? Padahal Rossi jauh sebelumnya telah memperingatkan rekan setimnya itu untuk mempertimbangkan masak-masak masa depannya tersebut. 

Berikut tiga hal yang wajib diketahui mengapa Lorenzo ngebet pindah ke Ducati, Kamis (7/4/2016): 

1.  Sakit Hati
Sejak Yamaha mengonfirmasi kesepakatan kontrak baru dengan Rossi di depan awak media jelang seri perdana di Qatar. Lorenzo tampak uring-uringan lantaran ia merasa jerih payahnya selama ini dengan menggondol mahkota juara dunia musim lalu seperti dianggap sebelah mata oleh tim. 

Kesalahpahaman inilah yang membuat kubu Lorenzo seperti kebakaran jengot. Padahal Yamaha juga menyodorkan kontrak baru kepada X-Fuera, namun melalui agennya mereka menolak untuk membarui dengan alasan tim Garpu Tala lebih dulu memberikan kontrak baru kepada Rossi.

Lin Jarvis akhirnya mengklarifikasi masalah tersebut. Dia berkata tim tidak mempunyai niat untuk membedakan kedua pembalap. Kesalahan ini terjadi lantaran Lorenzo memilih menunda untuk membarui kontraknya. "Sebenarnya Jorge ingin memperpanjang masa baktinya di Yamaha hingga 2017 dan 2018, sebelum musim baru dimulai. Jadi kami telah menyiapkan kontrak dan menjadwalkan untuk membicarakan hal ini dengan Lorenzo dan agennya Albert Varela pada awal pekan ini. Kami pun berupaya untuk menyelesaikan negosiasi tepat waktu dan kemudian melaporkannya kepada media. Tapi Jorge telah memutuskan untuk menunda," beber Lin Jarvis. 

2. Duet Maut Lorenzo-Stoner
Meskipun Casey Stoner sudah beberapa kali menolak kembali ke lintasan balap MotoGP, namun penikmat kuda besi di seluruh dunia masih bermimpi melihat juara dunia dua kali untuk menjajal kemampuannya bersama Sirkus MotoGP pada musim depan. Peluang itu sebenarnya sudah berada di tangan Kuri-Kuri Boy ketika Ducati Corse memberikan pekerjaan baru kepadanya sebagai pembalap pengembang Desmosedici GP16. 

Singkat kata, jika Jorge Lorenzo memilih hijrah ke Ducati dan Stoner memutuskan kembali mengaspal. Maka ini akan menjadi duet yang sangat istimewa untuk mengakhiri dominasi Rossi dan Marc Marquez. 

3. Siapa yang Terusir?

Pemberitaan tentang kesepakatan lisan Lorenzo dengan Ducati makin membuat posisi Andrea Dovizioso dan Andrea Iannone kian terjepit. Sebab bukan tidak mungkin, salah satu dari mereka akan kesulitan mempertahankan kursi ketika pemilik nomor 99 itu tiba di Italia. Apalagi hal itu ditambah dengan isu keretakan kedua joki tersebut pasca mengalami insiden kecelakaan di GP Argentina. 

4. Perjudian dan Kedekatan Lorenzo dengan Gigi Dall'Igna

Beberapa kalangan menyebut jika keputusan Lorenzo pindah ke Ducati musim depan adalah sebuah perjudian besar. Namun hal itu dapat diterima ketika melihat sosok Gigi Dall'Igna. Maklum, keduanya diketahui pernah bekerja bersama di tim Aprilia atau sewaktu pembalap kelahiran Malorca, 4 Mei 1987 merebut gelar juara dunia di kelas 250cc. Sehingga wajar jika bos Ducati itu begitu menginginkan Lorenzo. Lantaran Dall'Igna sudah mengenal sangat baik seberapa besar talenta pembalap tersebut. 

70 Persen Pecinta MotoGP Ingin Lorenzo Berpisah dari Rossi

70 Persen Pecinta MotoGP Ingin Lorenzo Cerai dengan Rossi
LONDON - Jelang bergulirnya Grand Prix Amerika Serikat, isu kepindahan Jorge Lorenzo dari Yamaha ke Ducati kian santer terdengar. Hal itu membuat media asal Inggris, Crash, menggelar survei soal masa depan pembalap asal Spanyol tersebut.

Crash pada Kamis (7/6/2016), menggelar poling soal Lorenzo. Pilihannya adalah Lorenzo bertahan di Yamaha dan Lorenzo pindah ke Ducati. Hal itu tak lepas dari isu transfer juara dunia musim lalu yang hingga kini masih jadi misteri.

Hasilnya cukup mengejutkan. Pilihan yang menyatakan Lorenzo bertahan di Yamaha cuma mencapai 29,09 persen. Sedangkan keinginan pecinta MotoGP melihat pembalap berjuluk X-Fuera pindah ke Ducati mencapai 70,91 persen hingga berita ini diturunkan.
70 Persen Pecinta MotoGP Ingin Lorenzo Cerai dengan Rossi
Persentase tersebut bisa saja jadi rujukan Lorenzo untuk menentukan pilihannya. Alasannya, jika ia mengikuti keinginan khalayak yakni pindah ke Ducati, ia bisa membuat MotoGP tetap bergairah. Sementara jika ia memutuskan bertahan, ia bisa kehilangan pamor.

Sejauh ini, kabar terakhir menyebutkan Lorenzo sudah sepakat pindah ke Ducati. Tawaran gaji yang lebih besar di tim asal Italia jadi alasan kuatnya. Ia disebut sepakat menerima pinangan Ducati selama tiga musim dengan bayaran mencapai 12 juta euro atau sekira Rp180 miliar. Nominal sebesar itu membuat bayarannya melampaui Valentino Rossi.

Isu kepindahan Lorenzo sendiri berawal setelah ia menunda menandatangani kontrak baru di Yamaha. Beda dengan Rossi yang langsung sepakat menambah masa baktinya, pembalap berusia 28 tahun malah mengulur-ulur waktu.

Hal itu membuat Yamaha disebut membuat langkah antisipasi dengan coba mendekati pembalap Suzuki Maverick Vinales. Pembalap yang terpilih jadi Rookie of the Year musim lalu disebut-sebut sebagai kandidat yang pas bertandem dengan The Doctor.