Setelah memenangi MotoGP Argentina yang penuh kontroversi akhir pekan lalu, pebalap Repsol Honda, Marc Marquez pun terlecut untuk mempertahankan momentum di MotoGP Austin, Texas yang digelar di Circuit of The Americas (COTA) akhir pekan ini.
RC213V boleh saja masih diragukan konsistensinya, mengingat setiap lintasan akan membuat setiap motor bereaksi berbeda pula akibat ban baru Michelin dan perangkat elektronik (ECU) terbaru. Meski begitu, hal ini tak akan menyulutkan Marquez tampil baik di COTA.
Sejak bergabung dalam kalender balap MotoGP 2013, Marquez langsung perkasa di sirkuit ini. Pada musim debutnya tersebut, pebalap Spanyol ini langsung meraih kemenangan, begitu pula pada tahun 2014 dan 2015. Dominasinya inilah yang membuat COTA disebut-sebut sebagai rumah kedua Marquez.
Statistik gemilang di COTA, ditambah kejayaannya di Argentina akhir pekan lalu sudah pasti akan menjadi modal Marquez untuk kembali menapaki puncak podium hari Minggu (10/4) nanti. Meski begitu, ia harus waspada pada tenaga besar Desmo16 GP milik Ducati.
Besarnya tenaga kuda Desmo16 GP milik Ducati terbukti mampu membantu Andrea Dovizioso dan Andrea Iannone tampil beringas di Qatar dan Argentina, meski berbagai nasib buruk menaungi pabrikan Italia itu. Layout COTA yang bersifat flowing dan hanya punya enam titik pengereman yang dalam, diprediksi akan bersahabat dengan Ducati.
Hal ini sudah dibuktikan oleh Dovizioso di dua tahun terakhir, di mana ia sukses finis ketiga pada musim 2014 dan finis kedua musim lalu. Dengan Desmo16 GP yang pengembangannya sudah jauh lebih maju, ia dan Iannone pun bisa menjadi ancaman terbesar bagi Marquez dan Honda.
Meraih hasil baik juga akan menjadi target utama Dovizioso dan Iannone, yang secara kontroversial bersenggolan di tikungan terakhir Argentina akhir pekan lalu, di mana Iannone gagal finis, dan Dovizioso harus mendorong motornya demi finis ke-13.
Dovizioso sendiri mengaku sangat jengkel harus kehilangan peringkat kedua pada klasemen pebalap akibat insiden ini, sementara Iannone yang dua kali gagal finis secara beruntun musim ini, merasa sangat bersalah dan akan berupaya keras membayarnya akhir pekan ini.
Menjelang MotoGP Austin akhir pekan ini, baik Jorge Lorenzo maupun Valentino Rossi sama-sama mengaku COTA tak bersahabat dengan gaya balap mereka, begitu juga dengan karakter YZR-M1. Tak sekadar kata-kata, hal ini terbukti dari hasil mereka yang belum pernah memenangi balapan di lintasan tersebut.
Prestasi terbaik Yamaha di COTA hanyalah finis ketiga, melalui Lorenzo pada musim 2013 dan Rossi pada 2015. Meski begitu, dengan YZR-M1 yang dianggap sebagai motor terkuat dan terkomplet seantero MotoGP dalam dua tahun terakhir, Yamaha akan berusaha mendapat giliran unjuk gigi akhir pekan ini.
Selain motivasi teknis, baik Lorenzo maupun Rossi punya motivasi pribadi sendiri-sendiri. Lorenzo yang sukses menang di Qatar, justru gagal finis di Argentina. Sebagai sang juara dunia bertahan, pebalap Spanyol ini jelas ingin kembali bangkit. Statistiknya yang tak gemilang di COTA pun akan menjadi pelecut baginya untuk merebut kemenangan.
Rossi yang mendominasi klasemen pebalap sepanjang musim lalu, juga bertekad tampil baik di COTA. Setelah gagal podium di Qatar, dan hanya merasa 'beruntung' finis kedua di Argentina pasca insiden Iannone vs Dovizioso, The Doctor pun punya tugas besar untuk membuktikan potensi sesungguhnya sebagai penghuni podium musim ini.
Pebalap Suzuki Ecstar, Maverick Vinales kedapatan dan mengaku menangis pasca gagal finis di Argentina akhir pekan lalu, yakni gagal finis keduanya musim ini setelah Qatar. Gagal membawa pulang poin, Vinales tentu sangat kecewa, apalagi kini dirinya menjadi sorotan dunia sebagai kandidat pengganti Lorenzo di Yamaha.
Sejak uji coba pramusim, Vinales secara tak langsung dipandang sebagai pebalap nomor satu Suzuki saat ini. Beban menjadi pebalap terbaik pabrikan asal Hamamatsu, Jepang itu pun diemban oleh Top Gun, dan dirinya merasa wajib meraih hasil baik di atas GSX-RR yang masih berusia dua tahun.
Dengan kecepatan dan ritme balap yang menjanjikan di Argentina, Vinales nyaris saja finis kedua dan naik podium sebelum terjatuh saat balapan menyisakan empat lap. Dari sudut pandang teknis, performa inilah yang akan dibawa Vinales menuju COTA, di mana ia terbukti mampu tampil baik di tiga tahun terakhir.
Di kelas Moto3 2013, Vinales sukses finis kedua di belakang Alex Rins, dan meraih kemenangan pada tahun 2014 saat menjalani musim debutnya di Moto2. Tahun lalu pun, ia sukses finis di posisi 10 besar. Kegagalan Qatar dan Argentina, serta statistik gemilang, akan menjadi pelecut utama Vinales dalam membidik podium akhir pekan ini.
Sumber :
http://www.bola.net/otomotif/prediksi-motogp-austin-2016-kandang-kedua-marquez-61f794-3.html